Jumat, 12 Januari 2024

Beragam Penindasan yang Dilakukan Kafir Quraisy Terhadap Kaum Muslimin

15.10

 Beragam Penindasan yang Dilakukan Kafir Quraisy Terhadap Kaum Muslimin

Sebelumnya kaum musyrikin menjalankan metode-metode seperti menghina, mengejek, mendustakan serta mencemarkan ajaran Islam untuk menghadang dakwah Islamiyah setelah kemunculannya pada permulaan tahun keempat kenabian. Mereka melakukan metode-metode tesebut selama minggu-minggu dan bulan-bulan pertama. Akan tetapi, manakala mereka melihat bahwa metode-metode tersebut tidak menuai hasil sama sekali dalam upaya menggagalkan dakwah Islamiyah, maka mereka mengadakan pertemuan sekali lagi untuk memusyawarahkan hal tersebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan penyiksaan terhadap kaum Muslimin dan menguji agama mereka. Tindakan yang diambil pertama kali adalah bergeraknya masing-masing kepala suku untuk menginterogasi siapa saja yang masuk Islam dari kabilah mereka, kemudian ditindaklanjuti oleh bawahan-bawahan mereka. Maka mulailah mereka mendera kaum Muslimin dengan berbagai siksaan yang membuat bulu kuduk merinding dan hati tersayat-sayat mendengarnya.

Adalah Abu Jahal, bila mendengar seorang laki-laki masuk Islam dari kalangan bangsawan serta memiliki kekuatan, maka dia mencaci, menghina serta mengancamnya dengan mengatakan bahwa dia akan membuatnya mengalami kerugian materi dan psikoloigis. Sedangkan bila orang terseut lemah maka dia akan memukulinya dan menghasutnya.

Utsman bin Affan digulung oleh pamannya ke dalam tikar yang terbuat dari daun kurma, kemudian diasapi dari bawahnya.

Mush'ab bin Umair, manakala ibunya mengetahui keislamanya, dia membiarkan anaknya tersebut kelaparan dan mengusirnya dari rumah, padahal sebelumnya dia termasuk orang yang hidup serba berkecukupan. Lantaran tindakan ibunya tersebut, kulitnya menjadi bersisik layaknya kulit ular.

Shuhaib bin Sinan ar-Rumi disiksa hingga kehilangan ingatan dan tidak menyadari apa yang dibicarakannya sendiri.

Lain halnya dengan Bilal, budak milik Umayyah bin Khalaf al-Jumahi, lehernya dililit dengan tali, lalu tali tersebut diserahkan kepada anak-anak kecil untuk diseret dan dibawa keliling sepanjang perbukitan Makkah. Akibatnya, tali tersebut meninggalkan bekas di lehernya. Umayyah, sang majikan selalu mengikatnya kemudian menderanya dengan tongkat. Kadang ia dipaksa duduk di bawah teriknya sengatan matahari. Ia juga pernah dibiarkan kelaparan. Puncak dari semua itu adalah saat dia dibawa keluar di siang hari yang sangat panas, kemudian dilemparkan di tanah lapang berkerikil di kota Makkah, setelah itu ia ditindih dengan batu besar pada bagian dadanya. Ketika itu Umayyah berkata kepadanya: Demi Allah! Engkau akan tetap mengalami kondisi seperti ini sampai engkau mati atau engkau berpaling dari ajaran Muhammad dan menyembah Lata dan Uzza. Meskipun dalam kondisi demikian, ia tetap berteriak, Allah Maha Esa, Allah Maha Esa. Mereka terus menyiksanya hingga suatu hari Abu Bakar melewatinya, lalu membelinya dan menukarkannya dengan seorang budak berkulit hitam.

Ada riwayat yang mengatakan, dia dibeli sebesar tujuh uqiyah (satu uqiyah = 12 dirham atau 28 gram perak) atau lima uqiyah dari perak, kemudian beliau memerdekakannya.

Tak jauh berbeda dengan Ammar bin Yasir, mantan budak milik Bani Makhzum beserta keluarganya. Dia, ayah dan ibunya yang masuk Islam tak luput dari penganiayaan. Mereka diseret ke luar menuju tanah lapang oleh kaum musyrikin yang dipimpin Abu Jahal di siang hari yang sangat panas dan menyengat. Mereka menyiksa keluarga tersebut dengan panasnya cuaca. Ketika mereka sedang menjalani siksaan, Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam melintas di hadapan mereka seraya bersabda: bersabarlah wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga.

Yasir, sang ayah meninggal dunia dalam siksaan tersebut, sedangkan ibunya Sumayyah ditusuk oleh Abu Jahal pada kemaluannya dengan tombak hingga meninggal dunia. Dialah wanita pertama yang mati syahid dalam Islam. Setelah itu kaum musyrikin meningkatkan frekwensi siksaan terhadap Ammar; terkadang dengan menjemurnya saja, terkadang dengan meletakkan batu besar yang panas dan merah membara di atas dadanya, dan terkadang dengan membenamkan mukanya ke dalam air. Kala itu, mereka berkata kepadanya: kami akan terus menyiksamu hingga engkau mencaci Muhammad atau mengatakan sesuatu yang baik terhadap Lata dan Uzza.  Maka, dia pun terpaksa menyetujui hal itu. Setelah kejadian itu, dia mendatangi Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- sambil menangis dan minta maaf atas hal tersebut kepada beliau –shallallahu 'alaihi wasallam-, ketika itu turunlah ayat:

Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan dari Allah) kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa).  (an-Nahl: 106)

Abu Fakihah –namanya Aflah- seorang budak dari Bani Abdi ad-Dar dijerembabkan kaum musyrikin ke tanah yang melepuh oleh terik matahari, kemudian punggungnya ditindih dengan sebuah batu besar hingga tak dapat bergerak lagi. Dia dibiarkan dalam keadaan demikian sampai hilang ingatan. Suatu kali mereka mengikat kakinya dengan tali, lalu menyeret dan melemparkannya ke tanah yang melepuh oleh terik matahari seperti yang dilakukan terhadapnya sebelum itu, kemudian mencekiknya hingga mereka mengira dia telah mati. Saat itu Abu Bakar melewatinya lalu membeli dan memerdekakannya semata-mata karena Allah –subhanahu wata'ala-

Khabbab bin al-Arat, budak milik Ummu Anmar binti Siba' al-Khuzaiyyah disiksa oleh kaum musyrikin dengan aneka siksaan; rambutnya mereka jambak dengan sangat keras, lehernya mereka tarik dengan kasar lalu melemparkannya ke dalam api yang membara kemudian jasadnya mereka tarik-tarik sehingga api itu terpadamkan oleh lemak yang meleleh  dari punggungnya.

Dari kalangan budak perempuan ada nama-nama seperti Zunairah, an-Nahdiyyah dan Ummu Ubais yang masuk Islam. Kaum musyrikin melakukan penyiksaan pula terhadap mereka seperti yang dilakukan terhadap para sahabat yang lainnya.

Semua budak-budak wanita tersebut dibeli oleh Abu Bakar kemudian dimerdekakan sebagaimana yang telah dilakukannya terhadap Bilal.