Minggu, 21 Januari 2024

Delegasi Terakhir Quraisy yang Mengunjungi Abu Thalib

15.31

 Delegasi Terakhir Quraisy yang Mengunjungi Abu Thalib

Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- keluar daru Syi'b (celah bukit milik Abu Thalib) dan melakukan aktivitasnya seperti biasa, sementara kaum Quraisy masih tetap melakukan intimidasi terhadap kaum Muslimin dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah meskipun sudah tidak lagi melakukan pemboikotan.

Di sisi lain Abu Thalib masih tetap melindungi keponakannya, akan tetapi usianya sudah melebihi 80 tahun. Berbagai penderitaan dan peristiwa yang begitu besar dan silih berganti sejak beberapa tahun khususnya pada saat terjadinya pengepungan dan pemboikotan terhadap Bani Hasyim di Syi'bnya, telah membuat persendiannya lemah dan tulang punggungnya pun patah.

Selang beberapa bulan setelah keluar dari syi'bnya, Abu Thalib dirundung sakit yang cukup serius dan kondisi ini membuat kaum musyrikin khawatir dapat menyebabkan nama baik mereka tercemar di mata bangsa Arab jika nanti setelah wafatnya mereka melakukan keburukan terhadap keponakannya. Untuk itulah mereka sekali lagi mengadakan perundingan dengan Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- di hadapan Abu Thalib dan berani memberikan sebagian dari hal yang sebelumnya tidak sudi mereka berikan. Maka mereka pun mengirimkan delegasi kepada Abu Thalib, dan ini adalah untuk terakhir kalinya.

Ibnu Ishaq dan sejarawan lainnya berkata: manakala Abu Thalib sakit parah dan hal itu terdengar oleh kaum Quraisy, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lainnya: sesungguhnya Hamzah dan Umar telah masuk Islam, sedangkan perihal Muhammad ini telah tersiar di kalangan seluruh kabilah-kabilah Arab. Oleh karena itu marilah kita bergegas menjenguk Abu Thalib agar dia mencegah keponakannya dan menitipkan pemberian kita kepadanya. Demi Allah! Kita tidak dapat menjamin, bisa saja mereka merebut kekuasaan.

Dalam lafazh riwayat yang lain disebutkan kaum Quraisy berkata: sesungguhnya kami khawatir bilamana orang tua ini (Abu Thalib) meninggal dunia nantinya, lalu ada sesuatu yang diserahkannya kepada Muhammad sehingga lantaran hal itu bangsa Arab mencela kita dengan mengatakan: mereka telah menelantarkannya, tapi ketika pamannya meninggal barulah mereka memperebutkannya.

Mereka yang terdiri dari para pemuka kaumnya akhirnya menemui Abu Thalib dan berbicara dengannya, di antaranya adalah; Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, Umayyah bin Khalaf, dan Abu Sufyan bin Harb, dengan diiringi tokoh-tokoh selain mereka yang berjumlah sekitar 25 orang. Mereka berkata: wahai Abu Thalib! Sesungguhnya engkau, seperti yang engkau ketahui adalah bagian dari kami, dan saat ini sebagaimana yang engkau saksikan sendiri, telah terjadi sesuatu pada dirimu. Kami sangat mencemaskan kondisimu. Sesungguhnya engkau telah tahu apa yang terjadi antara kami dan keponakannmu, untuk itu desaklah dia agar mau menerima sesuatu dari kami dan kami juga akan menerima sesuatu darinya. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi saling mencampuri urusan masing-masing; dia tidak mencampuri urusan kami, demikian juga dengan kami. Desaklah dia agar membiarkan kami menjalankan agama kami,dan kami pun akan membiarkannya menjalankan agamanya.

Kemudian Abu Thalib mengirim utusan  untuk meminta beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- datang, maka beliau pun datang. Kemudian Abu Thalib berkata: wahai keponakanku mereka adalah pemuka-pemuka kaummu,  mereka berkumpul karenamu untuk memberimu sesuatu dan mengambil sesuatu darimu. Kemudian Abu Thalib  memberitahukan kepadanya apa yang telah dikatakan dan disodorkan oleh mereka padanya, yakni bahwa masing-masing pihak tidak boleh saling mencampuri urusan.

Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada mereka: bagaimana pendapat kalian bila aku berikan kepada kalian satu kalimat yang bila kalian ucapkan niscaya kalian dapat menguasai bangsa Arab dan non Arab tunduk kepada kalian?"

Dalam lafazh riwayat yang lain disebutkan bahwa beliau berbicara kepada Abu Thalib: aku menginginkan mereka untuk mengucapkan satu kalimat yang dapat membuat bangsa Arab tunduk, dan orang-orang asing (non Arab) akan mempersembahkan upeti kepada mereka.

Dalam lafadz riwayat yang lainnya lagi disebutkan bahwa beliau berkata: wahai pamanku, kenapa tidak engkau ajak saja mereka kepada hal yang lebih baik buat mereka?

Dia bertanya: kepada apa engkau mengajak?

Beliau menjawab: aku mengajak mereka agar mengucapkan satu kalimat yang dapat membuat bangsa Arab tunduk kepada mereka dan orang-orang asing takluk.

Sedangkan dalam lafzh yang diriwayatkan Ibnu Ishaq menyebutkan: satu kalimat saja yang kalian berikan (ikrarkan), niscaya dengannya kalian akan bisa menguasai bangsa Arab, dan orang-orang non Arab akan tunduk kepada kalian.

Tatkala beliau –shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan kalimat tersebut mereka berdiri tertegun bimbang dan tidak tahu bagaimana dapat menolak satu kalimat yang berguna sampai sedemikian ini? Kemudian Abu Jahal menanggapi: kalau begitu apa kalaimat itu? Demi ayahmu, aku akan memberikannya kepadamu, bahkan sepuluh kali lipatnya.

Beliau menjawab: kalian ucapkan Laa ilaha illallah, dan kalian cabut sesembahan selainNya.

Mendengar kalimat tersebut, mereka menepuk-nepukan tangan mereka (tanda tidak setuju) seraya berseru: wahai Muhammad! Apakah kamu ingin menjadikan ilah-ilah (tuhan-tuhan) yang banyak menjadi satu saja? Sungguh aneh polahmu ini!

Kemudian masing-masing dari mereka berkata kepada yang lainnya: demi Allah! Sesungguhnya orang ini tidak memberikan apa yang kalian inginkan, pergilah dan teruslah dalam agama nenek moyang kalian hingga Allah memutuskan antara kalian dan dirinya (siapa yang berada dalam kebenaran). Setelah itu mereka pun bubar.

Dalam hal ini Allah –subhanahu wata'ala- menurunkan firmannya:

Shad. Demi al-Qur'an yang mempunyai keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah yang satu saja, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): pergilah kamu dan tetaplah (menyambah) ilah-ilahmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah) tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan. (Shad: 1-7).