Sabtu, 20 Januari 2024

Pembatalan Terhadap Sahifah/Lembaran Perjanjian

06.15

 Pembatalan Terhadap Sahifah/Lembaran Perjanjian

Dua atau tiga tahun penuh telah berlalu, namun pemboikotan masih tetap berlangsung. Barulah pada bulan Muharram tahun ke 10 kenabian terjadi pembatalan terhadap shahifah dan perobekan perjanjian tersebut. Hal ini dilakukan karena tidak semua kaum Quraisy menyetujui perjanjian tersebut, di antara mereka ada yang pro dan ada pula yang kontra, maka pihak yang kontra ini akhirnya berusaha untuk membatalkan shahifah tersebut.

Orang yang memprakarsai hal  itu adalah Hisyam bin Amr, dari suku Bani Amir bin Lu'ay, dia secara diam-diam pada malam hari selalu mengadakan kontak dengan Bani Hasyim dan menyuplai bahan makanan. Suatu ketika dia pergi meghadap Zuhair bin Abi Umayyah al-Makhzumi (ibunya bernama Atikah binti Abdul Muththalib), dia berkata kepadanya: wahai Zuhair! Apakah engkau tega dapat menikmati makan dan minum, sementara saudara-saudara dari pihak ibumu berada dalam kondisi seperti yang engkau ketahui saat ini? Zuhair menjawab: Bagaimana engkau ini! Apa yang dapat aku perbuat padahal aku hanya seorang diri? Sungguh demi Allah! Andaikata ada seorang lagi yang bersamaku, niscaya shahifah perjanjian tersebut aku robek.

Engkau sudah mendapatkannya! Kata Hisyam. Siapa dia? Tanya Zuhair. Aku, kata Hisyam. Kalau begitu, mari kita cari orang ketiga, jawabnya.

Lau Hisyam pergi menuju kediaman al-Muth'im bin Adi. Dan mengingatkan tentang tali kekerabatan dengan Bani Hasyim dan Bani al-Muththalib, dua orang putra Abdi Manaf dan mencela persetujuannya atas tindakan zhalim kaum Quraisy.

Al-Muth'im berkata: bagaimana engkau ini! Apa yang bisa aku lakukan sedangkan aku hanya seorang diri?

Hisyam berkata: engkau sudah mendapatkan orang keduanya! Al-Muth'im bertanya: siapa dia? Aku, jawab Hisyam.

Kalau begitu mari kita cari orang ketiga. Pinta al-Muth'im. Aku sudah mendapatkannya. Jawab Hisyam. Siapa dia? Tanya al-Muth'im. Zuhair bin Abi Umayyah, jawab Hisyam.

Kalau begitu mari kita cari orang keempat, pintanya lagi.

Lalu dia pergi lagi menuju kediaman Abul Bukhturi bin Hisyam dan mengatakan kepadanya sama seperti apa yang telah dikatakannya kepada al-Muth'im. Lalu Abul Bukhturi bertanya kepada Hisyam: apakah ada orang yang membantu kita dalam hal ini?

Ya, jawabnya. Siapa dia? tanyanya. Zuhair bin Abi Umayyah, al-Muth'im bin Adi dan juga aku akan menyertaimu, jawabnya.

Kalau begitu, mari kita cari orang kelima, pintanya.

Kemudian dia pergi lagi menuju kediaman Zam'ah bin al-Aswad bin al-Muththalib bin Asad. Dia berbincang dengannya lalu menyinggung perihal tali kekerabatan dengan Bani Hasyim dan Bani al-Muththalib serta hak-hak mereka. Zam'ah bertanya kepadanya: apakah ada orang yang ikut serta dalam urusan ini?

Ya, jawabnya. Kemudian dia menyebutkan nama-nama orang yang ikut serta tersebut. Akhirnya mereka berkumpul di pintu Hujun (salah satu arah masuk ke Masjid Haram) dan berjanji akan melakukan pembatalan terhadap shahifah. Zuhair berkata: akulah yang akan memulai dan menjadi orang pertama yang akan berbicara.

Pagi harinya, mereka pergi ke tempat berkumpulnya orang-orang Quraisy. Zuhair datang dengan membawa senjata lalu mengelilingi Ka'bah tujuh kali, kemudian menghadap ke khalayak seraya berseru: wahai penduduk Makkah! Apakah kita sampai hati menikmati makanan dan memakai pakaian sementara Bani Hasyim binasa; tidak ada yang sudi menjual kepada mereka dan tidak ada yang mau membeli dari mereka? Demi Allah! Aku tidak akan duduk hingga shahifah yang telah memutuskan hubungan kekerabatan dan penuh kezhaliman ini dirobek!

Abu Jahal yang berada di pojok masjid menyahut: Demi Allah! Engkau telah berdusta! Sekali-kali tidak akan dirobek!

Lalu Zam'ah bin al-Aswad memotong ucapannya: demi Allah! Justru engkaulah yang paling pembohong! Kami tidak pernah rela pada penulisannya saat ditulis.

Setelah itu Abul Bukhturi menimpali pula: benar apa yang dikatakan Zam'ah ini, kami tidak pernah rela terhadap apa yang telah ditulis dan tidak pernah menyetujuinya!

Berikutnya giliran al-Muth'im yang menambahkan: mereka berdua ini memang benar dan sungguh orang yang mengatakan selain itulah yang berbohong. Kami berlepas diri kepada Allah dari shahifah tersebut dan apa yang ditulis di dalamnya.

Hal ini juga diikuti Hisyam bin Amr yang menimpali seperti itu pula.

Abu Jahal kemudian berkata dengan kesal: hal ini pasti telah disiapkan sejak semalam dan dirundingkan di tempat lain!

Kala itu Abu Thalib tengah duduk di sudut Masjid Haram. Dia datang atas pemberitahuan keponakannya, Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- yang telah mendapatkan wahyu dari Allah perihal shahifah tersebut, bahwa Allah –subhanahu wata'ala- telah mengirim rayap-rayap untuk memakan semua tulisan yang berisi pemutusan rahim dan kezhaliman tersebut kecuali tulisan yang ada nama Allah –subhanahu wata'ala- di dalamnya.

Abu Thalib datang kepada kaum Quraisy untuk memberitahukan kepada mereka tentang apa yang telah diberitahukan oleh keponakannya tersebut. Dia menyatakan: ini untuk membuktikan apakah dia berbohong sehingga kami akan membiarkan kalian untuk menyelesaikan urusan dengannya, demikian pula sebaliknya jika dia benar maka kalian harus membatalkan pemutusan rahim dan kezhaliman terhadap kami.

Mereka berkata kepadanya: kalau begitu engkau telah bertindak adil.

Setelah terjadi pembicaraan panjang antara mereka dan Abu Jahal, berdirilah al-Muth'im menuju shahifah untuk merobeknya. Ternyata dia menemukan rayap-rayap telah memakannya kecuali tulisan Bismikallahumma (dengan namaMu ya Allah) dan tulisan lain yang terdapat nama Allah di dalammya, rayap-rayap resebut tidak memakannya.

Lalu dia membatalkan shahifah tersebut sehingga Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- bersama orang-orang yang ada di celah bukit milik Abu Thalib dapat leluasa keluar. Sungguh kaum musyrikin telah melihat tanda yang agung sebagai bagian dari tanda-tanda kenabian beliau, akan tetapi mereka tetaplah sebagaimana yang difirmankan Allah:

Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata (ini adalah) sihir yang terus menerus. (al-Qamar: 2).

Mereka telah berpaling dari tanda ini dan malah kekufuran mereka semakin bertambah dan menjadi-jadi.