Rabu, 31 Januari 2024

Enam Bibit Unggul Dari Yatsrib

16.27

Enam Bibit Unggul Dari Yatsrib

Pada musim haji tahun ke 11 kenabian, bertepatan dengan bulan Juli 620 M  dakwah islamiyyah mendapatkan bibit-bibit unggul yang dengan cepat berubah menjadi pepohonan yang kokoh di mana kaum Muslimin dapat berlindung di bawah naungannya yang rindang dari beraneka ragam kezhaliman dan permusuhan. Tidak berapa lama kemudian, roda peristiwa berputar dan garis sejarah pun bergeser.

Di antara sebagian hikmah dari pendustaan dan penghadangan terhadap jalan Allah oleh penduduk Makkah, bahwa Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- menggunakan malam hari sebagai kesempatan untuk keluar ke perkemahan kabilah-kabilah, sehingga tidak ada seorang pun dari kaum musyrikin Makkah tersebut yang menghalanginya.

Suatu malam beliau pergi bersama Abu Bakar dan Ali melintasi perkemahan milik suku Dzuhl dan Syaiban bin Tsa'labah. Beliau mengajak mereka untuk masuk Islam, ketika itu terjadi dialog yang sangat menarik antara Abu Bakar dan salah seorang dari suku Dzuhl, lalu ditanggapi oleh Bani Syaiban dengan tanggapan yang sangat positif. Meskipun begitu mereka masih belum memastikan untuk menerima Islam.

Kemudian Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- melewati lokasi bukit Aqabah di Mina. Di sana beliau mendengar suara kaum laki-laki tengah berbincang-bincang, beliau sengaja mendekat dan mendatangi mereka, ternyata mereka adalah 6 orang pemuda yang berasal dari Yatsrib. Semuanya berasal dari suku Khazraj, yaitu:

1.As'ad bin Zurarah dari Bani an-Najjar

2.Auf bin al-Harits bin Rifa'ah, Ibnu Afra dari Bani an-Najjar

3.Rafi' bin Malik bin Ajlan dari Bani Zuraiq

4.Quthbah bin Amir bin Hadidah dari Bani Salamah

5.Uqbah bin Amir bin Nabi dari Bani Haram bin Ka'ab

6.Jabir bin Abdullah bin Riab dari Bani Ubaid bin Ghanam

Ssalah satu faktor yang membuat Ahli Yatsrib menjadi bahagia adalah ucapan yang pernah mereka dengar dari sekutu mereka, orang-orang Yahudi Madinah, mereka mengatakan: akan muncul seorang Nabi yang diutus pada zaman ini dan kami akan mengikutinya serta besamanya, kami akan membunuh kalian sebagaimana kaum Ad dan Iram dibunuh.

Ketika Rasulullah –shallallahu 'alaihi waallam- menemui mereka, beliau menyapa, siapa kalian ini?

Mereka menjawab: segolongan dari suku Khazraj

Beliau bertanya lagi: apakah kalian sekutu orang-orang Yahudi?

Mereka menjawab: ya, benar.

Kalau begitu, bolehkan aku duduk-duduk dan berbincang dengan kalian? Tanya beliau.

Boleh, silahkan. Sambut mereka.

Beliau pun akhirnya duduk-duduk bersama mereka seraya menjelaskan hakikat Islam dan Dakwah Islam, mengajak mereka menyembah Allah –subhanahu wata'ala- serta membacakan al-Qur'an kepada mereka.

Sebagian mereka lantas berkata kepada yang lain: wahai kaumku, demi Allah! Kalian mengetahui bahwa dia inilah Nabi yang pernah diberitakan oleh orang-orang Yahudi untuk mengancam kita. Karena itu, janganlah kita didahului oleh mereka untuk mengikutinya, bergegaslah menyambut dakwahnya dan masuk Islamlah!

Mereka ini adalah kaum intelek Yatsrib yang telah kelelahan oleh perang saudara yang belum lama ini berlalu, namun baranya masih saja menyala. Oleh karena itu mereka berharap dakwah beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- menjadi sebab berakhirnya peperangan.

Mereka berkata: sesungguhnya kami telah meninggalkan kaum kami, di mana tidak ada satu kaum pun yang tingkat permusuhan dan kejahatan yang terjadi di antara mereka melebihi apa yang terjadi di antara kaum kami, semoga saja dengan perantaraanmu Allah menyatukan mereka. Kami akan mendatangi mereka dan mengajak mereka kepada ajaranmu serta memaparkan kepada mereka ajaran yang telah kami respon dari agama ini, jika Allah menyatukan mereka melalui perantaraanmu, maka tidak ada orang yang lebih mulia dari dirimu.

Tatkala mereka pulang ke Madinah, mereka mengemban risalah Islam sehingga tidak ada satu rumah pun yang dihuni oleh orang-oang Anshar kecuali memperbincangkan perihal Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-.