Jumat, 26 Januari 2024

Faktor Pendorong Kesabaran dan Ketegaran Kaum Muslimin (Bagian 3)

20.10

 6.Berita-berita Gembira Tentang Kemenangan

Kaum Muslimin mengetahui dari awal mereka mendapatkan penindasan dan kekerasan bahkan sebelumnya, bahwa masuk agama Islam bukan bararti akan tersingkir dari musibah dan kematian, namun dakwah Islamiyah dari awal kemunculannya bertujuan untuk menghapus kejahiliyahan dan sistemnya yang zhalim. Dan buah dari hal itu di dunia ini adalah terbentangnya kekuasaan di atas muka bumi, dan penguasaan terhadap kondisi politis di seluruh alam yang dapat menggiring umat manusia dan komunitas manusia secara keseluruhan pada keridhaan Allah dan membebaskan mereka dari penyembahan terhadap makhluk menuju penyembahan kepada Allah semata.

Sesekali al-Qur'an turun mengisahkan tentang pendustaan dan pengingkaran yang terjadi antara  para Nabi terdahulu dan umat mereka. Ayat-ayat tersebut berisi hal yang menyinggung kondisi-kondisi yang sama persis dengan kondisi kaum Muslimin di Makkah dan orang-orang kafir di sana. Ayat-ayat tersebut kemudian menyinggung tentang peralihan kondisi, yaitu kebinasaan kaum kafir dan orang-orang yang zhalim dan kesuksesan hamba-hamba Allah dalam mewarisi kekuasaan di muka bumi dan seluruh negeri. Di dalam kisah-kisah ini terdapat isyarat yang jelas akan kegagalan penduduk Makkah nantinya, serta kesuksesan kaum Muslimin dan dakwah Islamiyah yang mereka bawa.

Dalam tenggang waktu tersebut turunlah beberapa ayat yang membawa kabar gembira perihal kemenangan kaum Mukminin sebagaimana dalam beberapa firmanNya berikut ini:

Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi Rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. Maka berpalinglah kamu (Muhammad) dari mereka sampai suatu ketika. Dan lihatlah mereka, maka kelak mereka akan melihat (azab itu). Maka apakah mereka meminta supaya siksa Kami disegerakan. Maka apabila siksaan itu turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu. (as-Shaffat: 171-177).

Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (al-Qamar: 45).

Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan. (Shad: 11).

FirmanNya yang turun terhadap orang-orang yang berhijrah ke Habasyah:

Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (an-Nahl: 41).

FirmanNya tatkala mereka bertanya kepada beliau tentang kisah Nabi Yusuf –'alaihissalam-:

Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yusuf: 7).

Yakni penduduk Makkah yang bertanya tersebut akan mengalami kegagalan sebagaimana yang pernah dialami oleh saudara-saudara Yusuf, dan mereka akan menyerah sebagaimana mereka juga menyerah.

FirmanNya tatkala menyebutkan para Rasul:

Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka: kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami, maka Rabb mewahyukan kepada mereka, Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zhalim itu. Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu. (Ibrahim: 13-14).

Ketika perang berkecamuk antara bangsa Persia dan Romawi, kaum kafir lebih senang bila bangsa Persia yang menang, karena mereka adalah orang-orang musyrik (sama dengan mereka), sedangkan kaum Muslimin lebih menyukai bila kemenangan berada di pihak bangsa Ramawi, karena mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, para Rasul, wahyu, kitab-kitab dan Hari Akhir.

Pada awalnya memang kemenangan berada di pihak bangsa Persia, lalu Allah menurunkan ayat yang memberikan kabar gembira bahwa bangsa Ramawi akan mengalami kemenangan dalam beberapa tahun kemudian, bahkan tidak sebatas itu saja, ayat tersebut menyebutkan kabar gembira  yang lain secara tegas, yaitu pertolongan Allah terhadap kaum Mukminin, sebagaimana dalam firmanNya:

Dan pada hari itu kaum Mukminin bergembira dengan pertolongan Allah. (ar-Rum: 4-5).

Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- juga sering menyampaikan kabar gembira seperti ini dari waktu ke waktu, seperti saat musim haji datang dan berada di tengah orang-orang banyak di pasar Ukazh, Majinnah,dan Dzi al-Majaz untuk menyampaikan risalah dakwah, beliau tidak menyampaikan kabar gembira tentang surga saja, tetapi secara lantang berkata kepada mereka: wahai manusia! Ucapkanlah Laa ilaha illallah niscaya kalian akan beruntung, menguasai bangsa Arab dan menundukan orang-orang non Arab, jika kalian mati maka kalian akan menjadi raja di surga.

Khabbab bin al-Aratt berkata: aku menemui Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- saat beliau sedang berbaring di atas kain burdahnya dengan berteduh di bawah naungan Ka'bah. Saat itu kami telah mengalami penyiksaan berat dari kaum musyrikin. Lantas aku berkata: tidakkah engkau berdo'a kepada Allah! (yakni agar menolong para sahabatnya), mendengar ucapan ini beliau langsung duduk sedangkan raut wajahnya tampak memerah seraya berkata: sungguh orang-orang sebelum kalian pernah diseset dengan sesetan besi panas yang menusuk daging hingga mengenai tulang belulang dan urat tubuh mereka. Akan tetapi hai itu semua tidak membuat mereka bergeming sedikit pun dari agama mereka. Sungguh Allah akan menyempurnakan urusan agama ini hingga seorang penunggang (kuda) dari Shan'a ke Hadhramaut (merasa aman) tidak ada yang ditakutkannya selain Allah –subhanahu wata'ala-.

Dengan adanya kabar-kabar gembira tentang masa depan yang jaya dan cemerlang di dunia, ditambah lagi pengharapan yang besar, tulus dan sungguh-sungguh akan kemenangan menggapai surga sebagai hasil akhirnya kelak, para sahabat memandang bahwa penindasan yang beraneka ragam dan silih berganti dari semua lini tersebut, serta musibah-musibah yang mengepung mereka dari segala penjuru hanyalah sebagai gumpalan awan musim panas yang dalam sekejap akan sirna.

Demikianlah Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- senantiasa menyuguhkan santapa rohani kepada mereka dengan rangsangan keimanan, menyucikan jiwa mereka dengan mengajarkan hadits dal al-Qur'an mendidik mereka dengan pendidikan yang mendalam, mendorong jiwa mereka agar menduduki keluhuran rohani, kemurnian hati, kebersihan budi pekerti, keterbebasan dari pengaruh materialistik, melawan hawa nafsu serta kembali kepada Rabb bumi dan langit, menyucikan kegelapan hati mereka, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya terang, mengajak mereka bersabar terhadap semua gangguan, memiliki sifat pemaaf serta menundukan jiwa. Dengan gemblengan semacam itu mereka menjadi bertambah kokoh dalam berpegang pada agama, menjauhkan diri dari hawa nafsu, siap mengorbankan jiwa di jalan yang diridhaiNya, merindukan surga, selalu antusias menuntut ilmu dan memahami agama. Mengintrospeksi jiwa dan menundukkan sentiment-sentimen yang tumbuh, mengalahkan perasaan-perasaan dan gejolak-gejolak jiwa serta selalu mengikat diri dengan kesabaran, kedamaian dan ketenangan.