6.Berita-berita Gembira Tentang Kemenangan
Kaum Muslimin mengetahui dari awal
mereka mendapatkan penindasan dan kekerasan bahkan sebelumnya, bahwa masuk
agama Islam bukan bararti akan tersingkir dari musibah dan kematian, namun
dakwah Islamiyah dari awal kemunculannya bertujuan untuk menghapus
kejahiliyahan dan sistemnya yang zhalim. Dan buah dari hal itu di dunia ini
adalah terbentangnya kekuasaan di atas muka bumi, dan penguasaan terhadap
kondisi politis di seluruh alam yang dapat menggiring umat manusia dan
komunitas manusia secara keseluruhan pada keridhaan Allah dan membebaskan
mereka dari penyembahan terhadap makhluk menuju penyembahan kepada Allah
semata.
Sesekali al-Qur'an turun mengisahkan
tentang pendustaan dan pengingkaran yang terjadi antara para Nabi terdahulu dan umat mereka.
Ayat-ayat tersebut berisi hal yang menyinggung kondisi-kondisi yang sama persis
dengan kondisi kaum Muslimin di Makkah dan orang-orang kafir di sana. Ayat-ayat
tersebut kemudian menyinggung tentang peralihan kondisi, yaitu kebinasaan kaum
kafir dan orang-orang yang zhalim dan kesuksesan hamba-hamba Allah dalam
mewarisi kekuasaan di muka bumi dan seluruh negeri. Di dalam kisah-kisah ini
terdapat isyarat yang jelas akan kegagalan penduduk Makkah nantinya, serta
kesuksesan kaum Muslimin dan dakwah Islamiyah yang mereka bawa.
Dalam tenggang waktu tersebut
turunlah beberapa ayat yang membawa kabar gembira perihal kemenangan kaum
Mukminin sebagaimana dalam beberapa firmanNya berikut ini:
Dan sesungguhnya telah tetap janji
Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi Rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka
itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang
pasti menang. Maka berpalinglah kamu (Muhammad) dari mereka sampai suatu
ketika. Dan lihatlah mereka, maka kelak mereka akan melihat (azab itu). Maka
apakah mereka meminta supaya siksa Kami disegerakan. Maka apabila siksaan itu
turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari yang dialami oleh
orang-orang yang diperingatkan itu. (as-Shaffat: 171-177).
Golongan itu pasti akan dikalahkan
dan mereka akan mundur ke belakang. (al-Qamar: 45).
Suatu tentara yang besar yang berada
di sana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan. (Shad:
11).
FirmanNya yang turun terhadap
orang-orang yang berhijrah ke Habasyah:
Dan orang-orang yang berhijrah
karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang
bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih
besar, kalau mereka mengetahui. (an-Nahl: 41).
FirmanNya tatkala mereka bertanya
kepada beliau tentang kisah Nabi Yusuf –'alaihissalam-:
Sesungguhnya ada beberapa
tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi
orang-orang yang bertanya. (Yusuf: 7).
Yakni penduduk Makkah yang bertanya
tersebut akan mengalami kegagalan sebagaimana yang pernah dialami oleh
saudara-saudara Yusuf, dan mereka akan menyerah sebagaimana mereka juga menyerah.
FirmanNya tatkala menyebutkan para
Rasul:
Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul
mereka: kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu
kembali kepada agama kami, maka Rabb mewahyukan kepada mereka, Kami pasti akan
membinasakan orang-orang yang zhalim itu. Dan Kami pasti akan menempatkan kamu
di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk)
orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadiratKu dan yang takut kepada
ancamanKu. (Ibrahim: 13-14).
Ketika perang berkecamuk antara
bangsa Persia dan Romawi, kaum kafir lebih senang bila bangsa Persia yang
menang, karena mereka adalah orang-orang musyrik (sama dengan mereka),
sedangkan kaum Muslimin lebih menyukai bila kemenangan berada di pihak bangsa
Ramawi, karena mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah, para Rasul,
wahyu, kitab-kitab dan Hari Akhir.
Pada awalnya memang kemenangan berada
di pihak bangsa Persia, lalu Allah menurunkan ayat yang memberikan kabar gembira
bahwa bangsa Ramawi akan mengalami kemenangan dalam beberapa tahun kemudian,
bahkan tidak sebatas itu saja, ayat tersebut menyebutkan kabar gembira yang lain secara tegas, yaitu pertolongan
Allah terhadap kaum Mukminin, sebagaimana dalam firmanNya:
Dan pada hari itu kaum Mukminin
bergembira dengan pertolongan Allah. (ar-Rum: 4-5).
Rasulullah –shallallahu 'alaihi
wasallam- juga sering menyampaikan kabar gembira seperti ini dari waktu ke
waktu, seperti saat musim haji datang dan berada di tengah orang-orang banyak
di pasar Ukazh, Majinnah,dan Dzi al-Majaz untuk menyampaikan risalah dakwah, beliau
tidak menyampaikan kabar gembira tentang surga saja, tetapi secara lantang
berkata kepada mereka: wahai manusia! Ucapkanlah Laa ilaha illallah niscaya
kalian akan beruntung, menguasai bangsa Arab dan menundukan orang-orang non
Arab, jika kalian mati maka kalian akan menjadi raja di surga.
Khabbab bin al-Aratt berkata: aku
menemui Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- saat beliau sedang berbaring di
atas kain burdahnya dengan berteduh di bawah naungan Ka'bah. Saat itu kami
telah mengalami penyiksaan berat dari kaum musyrikin. Lantas aku berkata:
tidakkah engkau berdo'a kepada Allah! (yakni agar menolong para sahabatnya),
mendengar ucapan ini beliau langsung duduk sedangkan raut wajahnya tampak memerah
seraya berkata: sungguh orang-orang sebelum kalian pernah diseset dengan
sesetan besi panas yang menusuk daging hingga mengenai tulang belulang dan urat
tubuh mereka. Akan tetapi hai itu semua tidak membuat mereka bergeming sedikit
pun dari agama mereka. Sungguh Allah akan menyempurnakan urusan agama ini
hingga seorang penunggang (kuda) dari Shan'a ke Hadhramaut (merasa aman) tidak
ada yang ditakutkannya selain Allah –subhanahu wata'ala-.
Dengan adanya kabar-kabar gembira
tentang masa depan yang jaya dan cemerlang di dunia, ditambah lagi pengharapan
yang besar, tulus dan sungguh-sungguh akan kemenangan menggapai surga sebagai
hasil akhirnya kelak, para sahabat memandang bahwa penindasan yang beraneka ragam
dan silih berganti dari semua lini tersebut, serta musibah-musibah yang
mengepung mereka dari segala penjuru hanyalah sebagai gumpalan awan musim panas
yang dalam sekejap akan sirna.
Demikianlah Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- senantiasa menyuguhkan santapa rohani kepada mereka dengan rangsangan keimanan, menyucikan jiwa mereka dengan mengajarkan hadits dal al-Qur'an mendidik mereka dengan pendidikan yang mendalam, mendorong jiwa mereka agar menduduki keluhuran rohani, kemurnian hati, kebersihan budi pekerti, keterbebasan dari pengaruh materialistik, melawan hawa nafsu serta kembali kepada Rabb bumi dan langit, menyucikan kegelapan hati mereka, mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya terang, mengajak mereka bersabar terhadap semua gangguan, memiliki sifat pemaaf serta menundukan jiwa. Dengan gemblengan semacam itu mereka menjadi bertambah kokoh dalam berpegang pada agama, menjauhkan diri dari hawa nafsu, siap mengorbankan jiwa di jalan yang diridhaiNya, merindukan surga, selalu antusias menuntut ilmu dan memahami agama. Mengintrospeksi jiwa dan menundukkan sentiment-sentimen yang tumbuh, mengalahkan perasaan-perasaan dan gejolak-gejolak jiwa serta selalu mengikat diri dengan kesabaran, kedamaian dan ketenangan.