Rasulullah –shallallahu 'alaihi
wasallam- Menyampaikan Kebenaran Secara Terang-terangan dan Sikap Kaum
Musyrikin Terhadapnya
Teriakan lantang yang dipekikan oleh
Rasulullah –shallallahu'alaihi wasallam- di bukit Shafa masih terasa gaungnya di seluruh penjuru
Makkah. Puncaknya saat turunya Firman Allah –subhanahu wata'ala-:
Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik. (al-Hijr: 94)
Lalu Rasulullah –shallallahu 'alaihi
wasallam melakukan dakwah Islam secara terang-terangan di tempat-tempat
berkumpul dan bertemunya kaum musyrikin. Beliau membacakan Kitabullah kepada
mereka dan menyampaikan ajakan yang selalu disampaikan oleh para rasul terdahulu
kepada kaum mereka: Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Kalian tidak memiliki Tuhan
selainnya.
Beliau juga mulai memamerkan praktek
ibadahnya kepada Allah di depan mata mereka; melakukannya di halaman Ka'bah
pada siang hari secara terang-terangan dan disaksikan khalayak ramai.
Dakwah yang beliau lakukan tersebut
semakin mendapatkan sambutan sehingga banyak orang yang masuk ke dalam Agama
Allah satu persatu.namun antara mereka yang sudah memeluk Islam dan keluarga
mereka yang belum memeluk Islam terjadi gap; saling membenci dan saling
menjauhi. Melihat hal ini kaum Quraisy merasa gerah dan pemandangan semacam ini
sangat menyakitkan mereka.
Sidang Majlis Membahas Upaya
Menghalangi Jamaah Haji agar Tidak Mendengarkan Dakwah Rasulullah –shallallahu
'alaihi wasallam-
Kaum Quraisy kini menjadi gundah
gulana karena hanya berselang beberapa hari atau bulan saja Dakwah Jahriyyah
tersebut berlangsung, hingga tak terasa sudah mendekati musim haji, delegasi
Arab pun akan datang ke negeri mereka.
Oleh karena itu, mereka melihat perlunya merangkai satu pernyataan yang
nantinya secara sepakat mereka sampaikan kepada delegasi tersebut perihal
Muhammad –shallallahu 'alaihi wasallam- agar dakwah yang disiarkannya tidak
memiliki pengaruh terhadap delegasi tersebut. Maka berkumpullah mereka di rumah
al-Walid bin al-Mughirah untuk membicarakan satu pernyataan yang tepat dan
disepakati bersama tersebut. Lalu al-Walid berkata: Bersepakatlah mengenai
perihal Muhammad dalam satu pendapat dan janganlah berselisih sehingga membuat
sebagian kalian mendustakan pendapat sebagian yang lain dan sebagian lagi
mementahkan pendapat sebagian lain!.
Mereka berkata kepadanya: katakana
kepada kami pendapatmu yang akan kami jadikan acuan!
Lalu dia berkata: justru kalian yang
harus mengemukakan pendapat kalian dan aku sebagai pendengar,
Mereka berkata: kita katakan dia
(Muhammad) adalah seorang dukun.
Al-Walid menjawab: tidak! Demi
Allah! Dia bukanlah seorang dukun, kita telah menyaksikan bagaimana praktek
para dukun, sedangkan yang dikatakannya bukan seperti komat-kamit ataupun
mantera-mantera para dukun.
Mereka berkata lagi: kita katakana
saja dia orang gila.
Dia menjawab: tidak! Demi Allah! Dia
bukan orang gila. Kita telah mengetahui esensi gila dan telah mengenalnya,
sedangkan yang dikatakannya bukan dalam kategori tertekan, kerasukan ataupun
was-was sebagaimana kondisi orang gila.
Mereka berkata lagi: kalau begitu
kita katakan saja, dia adalah seorang penyair.
Dia menjawab: dia bekan seorang
penyair, kita telah mengenal semua bentuk syair. Sedangkan yang dikatakannya
bukanlah syair.
Mereka berkata lagi: kalau begitu
dia adalah tukang sihir.
Dia menjawab: dia bukanlah tukang
sihir, kita telah mengaksikan para tukang sihir dan macam-macam sihir mereka,
sedangkan yang dikatakannya bukanlah jenis hembusan-hembusan penyihir ataupun
buhul-buhul mereka.
Mereka kemudian berkata: kalau
begitu, apa yang harus kita katakan?
Dia menjawab: Demi Allah!
Sesungguhnya ucapan yang dikatakannya itu amatlah manis dan indah, akarnya
ibarat tandan anggur dan cabangnya ibarat pohon yang rindang. Tidaklah kalian
menuduhnya dengan salah satu dari hal tersebut melainkan akan diketahui
kebathilannya. Sesungguhnya pendapat yang lebih dekat mengenai dirinya adalah
dia seorang tukang sihir yang membawa suatu ucapan berupa sihir, yang mampu
memisahkan antara seseorang dengan bapaknya, saudara, istri dan keluarganya.
Mereka semua jadi terpisah darinya lantaran hal itu.
Sebagian riwayat menyebutkan, bahwa
tatkala al-Walid menolak semua pendapat yang mereka kemukakan kepadanya, mereka
berkata kepadanya: kemukakan kepada kami pendapatmu yang tidak ada celanya!
Lalu dia berkata kepada mereka: beri
aku kesempatan sejenak untuk memikirkan hal itu!
Lantas al-Walid berpikir dan
menguras otaknya hingga dia dapat menyampaikan kepada mereka pendapatnya
tersebut sebagaimana disebutkan di atas.
Mengenai al-Walid ini, Allah
–subhanahu wata'ala- menurunkan enam belas ayat yang merupakan bagian dari
surat al-Muddatstsir, yaitu dari ayat 11 hingga ayat 26, di antara ayat-ayat
tersebut terdapat gambaran bagaimana dia berpikir keras, sebagaimana dalam
FirmanNya:
Sesungguhnya dia telah memikirkan
dan menetapkan (apa yang ditetepkannya). Maka celakalah dia! Bagaimanakah dia
menetepkan. Kemudian celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan. Kemudian dia memikirkan. Sesudah itu dia bermasam muka dan merengut.
Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia
berkata (al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari
orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.
(al-Muddatstsir: 11-26)
Setelah majlis menyepakati keputusan
tersebut, mereka mulai menerapkannya dengan cara duduk-duduk di jalan-jalan
yang dilalui orang, hingga delegasi Arab datang pada musim haji. Setiap ada
orang yang lewat, mereka peringatkan dan mereka singgung dihadapannya perihal
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-.
Sedangkan yang dilakukan oleh
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- manakala musim haji telah datang
adalah membuntuti jamaah-jamaah yang datang hingga sampai ke tempat-tempat
mereka (berkemah), di pasar 'Ukazh, Majinnah dan Dzul Majaz. Beliau mengajak
mereka untuk menyembah Allah, sedangkan Abu Lahab selalu membuntuti di belakang
beliau memotong setiap ajakan beliau dengan berbalik mengatakan kepada mereka:
jangan kalian patuhi dia karena dia adalah seorang pembawa agama baru lagi
pendusta.
Kenyataanya justru dari musim itulah
perihal Rasulullah –shallallahu 'alaihi waallam- menjadi pusat perhatian
delegasi Arab sehingga namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri
Arab.