Sabtu, 13 Januari 2024

Berbagai Pelecehan Terhadap Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- bagian 1

03.01

 

Berbagai Pelecehan Terhadap Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- bagian 1

Kaum Quraisy akhirnya membatalkan sikap pengagungan dan penghormatan yang dulu pernah mereka tampakkan terhadap Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- semenjak munculnya dakwah Islamiyah di lapangan. Memang, sungguh sulit merubah sikap yang terbiasa dengan kebengisan dan kesombongan untuk berlama-lama sabar, maka dari itu, mereka mulai mengulurkan tangan permusuhan terhadap Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-. Sebagai implementasinya mereka melakukan berbagai bentuk ejekan, hinaan, pencemaran nama baik, pengaburan, keusilan dan lain sebagainya. Tentunya sudah lumrah bila yang menjadi garda terdepan dan ujung tombaknya adalah Abu Lahab, sebab dia adalah salah seorang pemuka suku Bani Hasyim. Dia tidak pernah memikirkan pertimbangan apa pun sebagaimana yang selalu dipertimbangkan oleh tokoh-tokoh Quraisy lainnya. Dia adalah musuh bebuyutan Islam dan para pemeluknya. Sejak pertama, dia sudah menghadang Rasulullah –shallallahu 'alaihi  waasallam- sebelum kaum Quraisy berkeinginan melakukan hal itu. Telah kita ketahui sebelumnya bagaimana perilaku Abu Lahab terhadap Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- di majelis Bani Hasyim dan bukit Shafa. Sebelum beliau –shallallahu 'alaihi wasallam diutus, Abu Lahab telah mengawinkan kedua anaknya; Utbah dan Utaibah dengan kedua putri Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-; Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Namun tatkala beliau diutus menjadi Rasul, dia memerintahkan kedua putranya tersebut agar menceraikan kedua putri beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- dengan cara yang kasar dan keras, hingga keduanya pun menceraikan kedua putri Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- tersebut.

Ketika  Abdullah, putra kedua Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- wafat, Abu Lahab amat gembira dan mendatangi semua kaum musyrikin untuk memberitakan perihal Muhammad yang sudah menjadi orang yang terputus keturunannya.

 Abu Lahab selalu menguntit di belakang Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-saat musim haji dan di pasar-pasar sebagai upaya mendustakannya. Dalam hal ini Thariq bin Abdullah al-Muharibi meriwayatkan suatu berita yang intinya bahwa yang dilakukannya tidak hanya sekedar mendustakan beliau –shallallahu 'alaihi wasallam-, akan tetapi lebih dari itu, dia juga memukuli beliau dengan batu hingga kedua tumit beliau berdarah.

Istri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb bin Umayyah, saudara perempuan Abu Sufyan, tidak kalah frekuensi permusuhannya terhadap beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- dibanding sang suami. Dia pernah membawa duri dan menyerakkannya di jalan yang dilalui oleh Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-, bahkan juga di depan pintu rumah beliau pada malam harinya. Dia adalah sosok perempuan yang galak, selalu mencaci Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-, mengarang berita dusta dan berbagai isu, menyulut api fitnah, serta mengobarkan perang membabibuta terhadap Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-. Oleh karena itulah al-Qur'an menjulukinya sebagai Hammalatal Hathab (wanita pembawa kayu bakar).

Ketika dia mendengar ayat al-Qur'an yang turun mengenai dirinya dan suaminya, dia langsung mendatangi Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- yang sedang duduk-duduk bersama  Abu Bakar ash-Shiddiq di dekat Ka'bah. Tidak lupa dia membawa segenggam batu di tangannya, namun ketika dia berdiri di hadapan keduanya, Allah membutakan pandangannya dari beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- sehingga dia hanya dapat melihat Abu Bakar. Lantas dia berkata: wahai Abu Bakar! Mana sahabatmu itu? Aku mendapat berita bahwa dia mengejekku. Demi Allah, andai aku menemuinya, niscaya akan aku tampar mulutnya dengan batu yang ada di genggamanku ini. Kemudian dia berlalu. Setelah kepergiannya Abu Bakar berkata: Wahai Rasulullah! Tidakkah engkau lihat dia dapat melihatmu?

Beliau menjawab: dia tidak dapat melihatku. Sungguh Allah telah membutakan pandangannya dariku.

Demikianlah yang dilakukan oleh Abu Lahab beserta istrinya, padahal dia adalah paman Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- sekaligus tetangganya, rumahnya menempel dengan rumah beliau, sama seperti tetangga-tetangga beliau yang lain yang selalu mengganggu beliau di saat beliau sedang berada di rumahnya.

Ibnu Ishaq berkata: mereka yang selalu mengganggu Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- saat beliau berada di rumahnya adalah Abu Lahab, al-Hakam bin Abi al-Ash bin Umayyah, Uqbah bin Abi Mu'ith, Adi bin Hamra' ats-Tsaqafi dan Ibnu al-Ashda al-Huzali. Semuanya adalah tetangga-tetangga beliau, namun tak seorang pun di antara mereka yang nantinya masuk Islam kecuali al-Hakam bin Abi al-Ash. Salah seorang diantara mereka ada yang melempari beliau dengan rahim kambing saat beliau tengah melakukan shalat. Yang lain lagi pernah memasukan bangkai ke dalam periuk milik beliau yang terbuat dari batu ketika sedang dipanaskan. Hal ini membuat Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- memasang penghalang dari batu agar dapat terlindungi dari mereka manakala beliau tengah melakukan shalat.