Berbagai Pelecehan Terhadap
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- bagian 1
Kaum Quraisy akhirnya membatalkan
sikap pengagungan dan penghormatan yang dulu pernah mereka tampakkan terhadap
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- semenjak munculnya dakwah Islamiyah
di lapangan. Memang, sungguh sulit merubah sikap yang terbiasa dengan
kebengisan dan kesombongan untuk berlama-lama sabar, maka dari itu, mereka
mulai mengulurkan tangan permusuhan terhadap Rasulullah –shallallahu 'alaihi
wasallam-. Sebagai implementasinya mereka melakukan berbagai bentuk ejekan,
hinaan, pencemaran nama baik, pengaburan, keusilan dan lain sebagainya.
Tentunya sudah lumrah bila yang menjadi garda terdepan dan ujung tombaknya
adalah Abu Lahab, sebab dia adalah salah seorang pemuka suku Bani Hasyim. Dia
tidak pernah memikirkan pertimbangan apa pun sebagaimana yang selalu
dipertimbangkan oleh tokoh-tokoh Quraisy lainnya. Dia adalah musuh bebuyutan
Islam dan para pemeluknya. Sejak pertama, dia sudah menghadang Rasulullah
–shallallahu 'alaihi waasallam- sebelum
kaum Quraisy berkeinginan melakukan hal itu. Telah kita ketahui sebelumnya
bagaimana perilaku Abu Lahab terhadap Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- di
majelis Bani Hasyim dan bukit Shafa. Sebelum beliau –shallallahu 'alaihi
wasallam diutus, Abu Lahab telah mengawinkan kedua anaknya; Utbah dan Utaibah
dengan kedua putri Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-; Ruqayyah dan Ummu
Kultsum. Namun tatkala beliau diutus menjadi Rasul, dia memerintahkan kedua putranya
tersebut agar menceraikan kedua putri beliau –shallallahu 'alaihi wasallam-
dengan cara yang kasar dan keras, hingga keduanya pun menceraikan kedua putri
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- tersebut.
Ketika Abdullah, putra kedua Rasulullah –shallallahu
'alaihi wasallam- wafat, Abu Lahab amat gembira dan mendatangi semua kaum
musyrikin untuk memberitakan perihal Muhammad yang sudah menjadi orang yang
terputus keturunannya.
Abu Lahab selalu menguntit di belakang
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-saat musim haji dan di pasar-pasar
sebagai upaya mendustakannya. Dalam hal ini Thariq bin Abdullah al-Muharibi
meriwayatkan suatu berita yang intinya bahwa yang dilakukannya tidak hanya
sekedar mendustakan beliau –shallallahu 'alaihi wasallam-, akan tetapi lebih
dari itu, dia juga memukuli beliau dengan batu hingga kedua tumit beliau
berdarah.
Istri Abu Lahab, Ummu Jamil binti Harb
bin Umayyah, saudara perempuan Abu Sufyan, tidak kalah frekuensi permusuhannya
terhadap beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- dibanding sang suami. Dia pernah
membawa duri dan menyerakkannya di jalan yang dilalui oleh Rasulullah –shallallahu
'alaihi wasallam-, bahkan juga di depan pintu rumah beliau pada malam harinya. Dia
adalah sosok perempuan yang galak, selalu mencaci Rasulullah –shallallahu 'alaihi
wasallam-, mengarang berita dusta dan berbagai isu, menyulut api fitnah, serta
mengobarkan perang membabibuta terhadap Rasulullah –shallallahu 'alaihi
wasallam-. Oleh karena itulah al-Qur'an menjulukinya sebagai Hammalatal Hathab
(wanita pembawa kayu bakar).
Ketika dia mendengar ayat al-Qur'an
yang turun mengenai dirinya dan suaminya, dia langsung mendatangi Rasulullah –shallallahu
'alaihi wasallam- yang sedang duduk-duduk bersama Abu Bakar ash-Shiddiq di dekat Ka'bah. Tidak lupa
dia membawa segenggam batu di tangannya, namun ketika dia berdiri di hadapan keduanya,
Allah membutakan pandangannya dari beliau –shallallahu 'alaihi wasallam-
sehingga dia hanya dapat melihat Abu Bakar. Lantas dia berkata: wahai Abu
Bakar! Mana sahabatmu itu? Aku mendapat berita bahwa dia mengejekku. Demi Allah,
andai aku menemuinya, niscaya akan aku tampar mulutnya dengan batu yang ada di
genggamanku ini. Kemudian dia berlalu. Setelah kepergiannya Abu Bakar berkata:
Wahai Rasulullah! Tidakkah engkau lihat dia dapat melihatmu?
Beliau menjawab: dia tidak dapat
melihatku. Sungguh Allah telah membutakan pandangannya dariku.
Demikianlah yang dilakukan oleh Abu
Lahab beserta istrinya, padahal dia adalah paman Nabi –shallallahu 'alaihi
wasallam- sekaligus tetangganya, rumahnya menempel dengan rumah beliau, sama
seperti tetangga-tetangga beliau yang lain yang selalu mengganggu beliau di
saat beliau sedang berada di rumahnya.
Ibnu Ishaq berkata: mereka yang
selalu mengganggu Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- saat beliau berada
di rumahnya adalah Abu Lahab, al-Hakam bin Abi al-Ash bin Umayyah, Uqbah bin
Abi Mu'ith, Adi bin Hamra' ats-Tsaqafi dan Ibnu al-Ashda al-Huzali. Semuanya adalah
tetangga-tetangga beliau, namun tak seorang pun di antara mereka yang nantinya
masuk Islam kecuali al-Hakam bin Abi al-Ash. Salah seorang diantara mereka ada
yang melempari beliau dengan rahim kambing saat beliau tengah melakukan shalat.
Yang lain lagi pernah memasukan bangkai ke dalam periuk milik beliau yang
terbuat dari batu ketika sedang dipanaskan. Hal ini membuat Rasulullah –shallallahu
'alaihi wasallam- memasang penghalang dari batu agar dapat terlindungi dari
mereka manakala beliau tengah melakukan shalat.