Jumat, 12 Januari 2024

Dakwah Jahriyyah (secara terang-terangan)

06.16

 

Dakwah Jahriyyah (secara terang-terangan)

Perintah Pertama untuk Menampakkan Dakwah

Sehubungan dengan hal ini, ayat pertama yang turun adalah :

"Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat" (asy-Syu'ara:214).

Sebelum ayat ini terdapat alur cerita yang menyinggung kisah Musa –'alaihussalam- dari permulaan kenabiannya hingga hijrahnya bersama Bani Israil, lolosnya mereka dari kejaran Fir'aun dan kaumnya serta tenggelamnya Fir'aun bersama kaumnya. Kisah ini mengandung tahapan yang dilalui oleh Musa –'alaihissalam- dalam dakwahnya terhadap Fir'aun dan kaumnya agar menyembah Allah. Seakan-akan rincian ini semata-mata dipaparkan seiring dengan perintah kepada Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- untuk berdakwak kepada Allah secara terang-terangan, agar di hadapan beliau dan para sahabatnya terdapat contoh atas pendustaan dan penindasan yang akan mereka alami nantinya manakala mereka melakukan dakwah tersebut secara terang-terangan. Demikian pula agar mereka mengetahui resiko dari hal itu semenjak awal memulai dakwah mereka tersebut.

Selain itu, surat tersebut (asy-Syu'ara) juga berbicara mengenai nasib yang dialami oleh para pendusta Rasul, diantaranya sebagaimana yang dialami oleh kaum nabi Nuh, kaum 'Ad dan Tsamud, kaum Nabi Ibrahim, kaum Nabi Luth serta kaum Nabi Syu'aib. Semua itu dimaksudkan agar mereka yang akan melakukan pendustaan menyadari apa yang akan terjadi terhadap mereka dan siksaan Allah yang akan mereka alami bila terus melakukan pendustaan. Sebaliknya, agar kaum Mukminin mengetahui bahwa kesudahan yang baik dari itu semua akan berpihak kepada mereka dan bukan kepada para pendusta tersebut.


Berdakwah di Kalangan Kaum Kerabat

Serelah turunya ayat tersebut Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- mengundang para kerabat terdekatnya, Bani Hasyim. Mereka pun datang memenuhi undangan itu disertai oleh beberapa orang dari Bani al-Muththalib bun Abdi Manaf. Mereka semua berjumlah sekitar 45 orang laki-laki. Namun tatkala Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- akan berbicara, tiba-tiba Abu Lahab memotongnya seraya berkata: mereka itu adalah paman-pamanmu dan para sepupumu. Bicaralah dan tinggalkanlah menganut agama baru, ketahuilah! Bahwa  kaummu tidak akan mampu melawan seluruh bangsa Arab. Aku adalah orang yang paling pantas mencegahmu, cukuplah bagimu suku-suku dari pihak bapakmu. Bagi mereka, jika engkau bersikeras melakukan apa yang engkau lakukan sekarang adalah lebih mudah ketimbang bila seluruh marga Quraisy bersama-sama bangsa Arab bergerak memusuhimu. Aku tidak pernah melihat ada orang yang membawa kepada suku-suku dari pihak bapaknya sesuatu yang lebih jelek dari apa yang telah engkau bawa ini. Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- hanya diam dan tidak  berbicara pada pertemuan itu.

Sekali waktu beliau mengundang mereka lagi, lantas berbicara: Alhamdulillah aku memujiNya, meminta pertolongan, beriman serta bertawakal kepadaNya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan  (yang haq) melainkan Allah semata Yang tiada sekutu bagiNya.

Selanjutnya beliau berkata: sesungguhnya seorang pemimpin tidak mungkin membohongi keluarganya sendiri. Demi Allah yang tiada Tuhan (yang haq) selainNya! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang datang kepada kalian secara khusus, dan kepada manusia secara umum. Demi Allah! Sungguh kalian akan mati sebagaimanakalian tidur, sungguh kalian akan dihisab (dimintai pertanggungjawaban) terhadap apa yang kalian lakukan. Sesungguhnya yang ada hanya surga yang abadi atau neraka yang kekal.

Kemudian paman baliau, Abu Thalib berkata: alangkah senangnya kami membantumu, menerima nasihatmu dan sangat membenarkan kata-katamu. Mereka yang merupakan suku-suku dari pihak bapakmu telah berkumpul, sesungguhnya aku hanyalah salah seorang dari mereka, namun aku adalah orang yang paling cepat merespek apa yang engkau inginkan. Oleh karena itu, teruskanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu. Demi Allah! Aku akan senantiasa melindungi dan membelamu, hanya saja diriku tidak memberikan cukup keberanian kepadaku untuk berpisah dengan agama Abdul Muththalib.

Ketika itu Abu Lahab berkata: Demi Allah! Ini benar-benar merupakan aib yang besar, ayo cegah dia sebelum orang lain yang turun tangan mencegahnya!.

Abu Talib menjawab: Demi Allah! Sungguh selama kami masih hidup, kami akan membelanya.