Rabu, 10 Januari 2024

Dakwah Sirriyyah (secara rahasia)

16.01

 

Dakwah Sirriyyah (secara rahasia)

Kota Makkah merupakan pusat agama bagi bangsa Arab. Di sana terdapat para pengabdi berhala serta patung-patung yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab. Sehingga untuk mencapai tujuan, yaitu melakukan perubahan di kota Makkah akan lebih sulit jika dibandingkan apabila hal tersebut jauh darinya. Karenanya, dakwah membutuhkan tekad baja yang tak mudah tergoyahkan oleh beruntunnya musibah dan bencana yang menimpa. Maka adalah sesuatu yang bijaksana dalam menghadapi hal itu, memulai dakwah secara sirri (rahasia) agar penduduk Makkah tidak dikejutkan denganhal yang bisa saja dapat memancing emosi mereka. Maka langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- adalah menawarkan Islam kepada orang-orang yang hubungannya dekat dengan beliau,yaitu keluarga serta sahabat karib beliau. Mereka semua didakwahi oleh beliau untuk memeluk islam. Beliau juga mendakwahi setiap orang yang memiliki sifat baik yang beliau kenal dan merekapu sudah mengenal beliau. Beliau mengenal mereka sebagai orang-orang yang mencintai Allah dan kebaikan, sedang mereka mengenal beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- sebagai sosok yang selalu menjunjung tinggi nilai kejujuran dan keshalihan. Hasilnya banyak diantara mereka yang merespon dengan baik dakwah beliau. Dalam sejarah mereka dikenal sebagai as-Sabiqun al-Awwalun (orang-orang yang paling dahulu dan pertama masuk Islam). Diparisan depan adalah istri Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, disusul maula (mantan budak) beliau Zaid bin Haritsah bin Syarahil al-Kalbi, keponakan beliau Ali bin Abi Thalib –yang ketika itu masih kanak-kanak dan hidup dibawah asuhan beliau- serta sahabat karib beliau Abu Bakar ash-Shiddiq. Mereka semua memeluk Islam pada permulaan dakwah.

Kemudian Abu Bakar dengan sangat giat mengajak orang-orang kepada Islam, beliau merupakan sosok laki-laki yang lembut, disenangi, luwes dan berbudi luhur serta suka berbuat baik. Para tokoh kaumnya selalu mengunjunginya dan sudah taka sing denga kepribadiannya kerena keintelekan, kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes. Beliau terus berdakwah kepada orang-orang dari kaumnya yang dia percayai dan selalu berinteraksi dan bermajlis dengannya. Berkat hal itu maka masuk Islamlah Utsman bin Affan al-Umawi, az-Zubair bin al-Awwam al-Asadi, Abdurrahman bin Auf az-Zuhri, Sa'ad bin Abi Waqqas az-Zuhri dan Thalhah bin Ubaidillah at-Taimi. Kedelapan orang inilah yang terlebih dahulu masuk Islam serta merupakan gelombang pertama dan  garda Islam.

Diantara orang-orang pertama lainnya yang masuk Islam adalah Bilal bin Rabah al-Habasyi, kemudian diikuti oleh al-amin (kepercayaan) umat ini yaitu Abu Ubaidah, nama beliau adalah Amir bin al-Jarrah, beliau berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, selanjutnya menyusul keduanya Abu Salamah bin Abdul Asad, al-Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal daru suku Makhzum), Utsman bin Mazh'un –dan kedua saudaranya; Qudamah dan Abdullah-, Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib bun Abdu Manaf, Sa'id bin Zaid al-Adawi dan istrinya; Fathimah binti al-Khaththab al-adawiyyah –saudara perempuan Umar bin al-Khaththab-, Khabbab bin al-Arat, Abdullah bin Mas'ud al-Huzali serta yang lainya, mereka terdiri dari semua marga Quraisy yang ada. Mereka semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Dan cara yang sama pun dilakukan Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam- dalam pertemuan dan pengarahan agama yang beliau berikan, karena dakwah ketika itu masih bersifat individu dan sembunyi-sembunyi. Sementara wahyu sudah turun secara berkesinambungan setelah turunnya permulaan surat al-Muddatstsir. Ayat-ayat dan penggalan-penggalan surat yang turun pada masa ini merupakan ayat-ayat pendek yang berakhiran indah dan kokoh berintonasi menyejukkan dan memikat. Ayat-ayat tersebut berbicara tentang perbaikan dan penyucian diri (tazkiyatun nufus). Mencela penodanya dengan gemerlap duniawi, serta melukiskan surga dan neraka dengan begitu jelas seakan-akan terlihat di depan mata.

Kaum Quraisy Mendengar Perihal Dakwah

Meskipun dakwah pada tahapan ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat individu, namun akhirnya perihal beritanya sampai juga ke telinga kaum Quraisy. Hanya saja mereka belum mempermasalahkannya karena Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- tidak pernah menyinggung agama mereka ataupun tuhan-tuhan mereka.

Tiga tahun pun berlalu, sementara dakwah masih berjalan secara sembunyi-sembunyi dan individu. Dalam tempo waktu ini terbentuklah suatu kelompok kaum Mukminin yang dibangun atas pondasi ukhuwwah (persaudaraan) dan ta'awun (solidaritas) serta penyampaian risalah dan ppemantapan posisinya. Kemudian turunlah wahyu yang menugaskan Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- agar mmenyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan (jahriyyah) dan menentang kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka.