Dakwah Sirriyyah (secara rahasia)
Kota Makkah merupakan pusat agama
bagi bangsa Arab. Di sana terdapat para pengabdi berhala serta patung-patung
yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab. Sehingga untuk mencapai tujuan,
yaitu melakukan perubahan di kota Makkah akan lebih sulit jika dibandingkan
apabila hal tersebut jauh darinya. Karenanya, dakwah membutuhkan tekad baja
yang tak mudah tergoyahkan oleh beruntunnya musibah dan bencana yang menimpa. Maka
adalah sesuatu yang bijaksana dalam menghadapi hal itu, memulai dakwah secara
sirri (rahasia) agar penduduk Makkah tidak dikejutkan denganhal yang bisa saja
dapat memancing emosi mereka. Maka langkah pertama yang dilakukan oleh
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- adalah menawarkan Islam kepada
orang-orang yang hubungannya dekat dengan beliau,yaitu keluarga serta sahabat
karib beliau. Mereka semua didakwahi oleh beliau untuk memeluk islam. Beliau juga
mendakwahi setiap orang yang memiliki sifat baik yang beliau kenal dan merekapu
sudah mengenal beliau. Beliau mengenal mereka sebagai orang-orang yang
mencintai Allah dan kebaikan, sedang mereka mengenal beliau –shallallahu 'alaihi
wasallam- sebagai sosok yang selalu menjunjung tinggi nilai kejujuran dan
keshalihan. Hasilnya banyak diantara mereka yang merespon dengan baik dakwah
beliau. Dalam sejarah mereka dikenal sebagai as-Sabiqun al-Awwalun (orang-orang
yang paling dahulu dan pertama masuk Islam). Diparisan depan adalah istri Nabi –shallallahu
'alaihi wasallam- Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid, disusul maula
(mantan budak) beliau Zaid bin Haritsah bin Syarahil al-Kalbi, keponakan beliau
Ali bin Abi Thalib –yang ketika itu masih kanak-kanak dan hidup dibawah asuhan
beliau- serta sahabat karib beliau Abu Bakar ash-Shiddiq. Mereka semua memeluk
Islam pada permulaan dakwah.
Kemudian Abu Bakar dengan sangat
giat mengajak orang-orang kepada Islam, beliau merupakan sosok laki-laki yang
lembut, disenangi, luwes dan berbudi luhur serta suka berbuat baik. Para tokoh
kaumnya selalu mengunjunginya dan sudah taka sing denga kepribadiannya kerena
keintelekan, kesuksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes. Beliau terus
berdakwah kepada orang-orang dari kaumnya yang dia percayai dan selalu
berinteraksi dan bermajlis dengannya. Berkat hal itu maka masuk Islamlah Utsman
bin Affan al-Umawi, az-Zubair bin al-Awwam al-Asadi, Abdurrahman bin Auf
az-Zuhri, Sa'ad bin Abi Waqqas az-Zuhri dan Thalhah bin Ubaidillah at-Taimi. Kedelapan
orang inilah yang terlebih dahulu masuk Islam serta merupakan gelombang pertama
dan garda Islam.
Diantara orang-orang pertama lainnya
yang masuk Islam adalah Bilal bin Rabah al-Habasyi, kemudian diikuti oleh
al-amin (kepercayaan) umat ini yaitu Abu Ubaidah, nama beliau adalah Amir bin
al-Jarrah, beliau berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, selanjutnya
menyusul keduanya Abu Salamah bin Abdul Asad, al-Arqam bin Abil Arqam (keduanya
berasal daru suku Makhzum), Utsman bin Mazh'un –dan kedua saudaranya; Qudamah
dan Abdullah-, Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib bun Abdu Manaf, Sa'id bin
Zaid al-Adawi dan istrinya; Fathimah binti al-Khaththab al-adawiyyah –saudara perempuan
Umar bin al-Khaththab-, Khabbab bin al-Arat, Abdullah bin Mas'ud al-Huzali
serta yang lainya, mereka terdiri dari semua marga Quraisy yang ada. Mereka semua
masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Dan cara yang sama pun dilakukan
Rasulullah-shallallahu 'alaihi wasallam- dalam pertemuan dan pengarahan agama
yang beliau berikan, karena dakwah ketika itu masih bersifat individu dan
sembunyi-sembunyi. Sementara wahyu sudah turun secara berkesinambungan setelah
turunnya permulaan surat al-Muddatstsir. Ayat-ayat dan penggalan-penggalan
surat yang turun pada masa ini merupakan ayat-ayat pendek yang berakhiran indah
dan kokoh berintonasi menyejukkan dan memikat. Ayat-ayat tersebut berbicara
tentang perbaikan dan penyucian diri (tazkiyatun nufus). Mencela penodanya
dengan gemerlap duniawi, serta melukiskan surga dan neraka dengan begitu jelas
seakan-akan terlihat di depan mata.
Kaum Quraisy Mendengar Perihal
Dakwah
Meskipun dakwah pada tahapan ini
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat individu, namun akhirnya
perihal beritanya sampai juga ke telinga kaum Quraisy. Hanya saja mereka belum
mempermasalahkannya karena Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- tidak
pernah menyinggung agama mereka ataupun tuhan-tuhan mereka.
Tiga tahun pun berlalu, sementara
dakwah masih berjalan secara sembunyi-sembunyi dan individu. Dalam tempo waktu
ini terbentuklah suatu kelompok kaum Mukminin yang dibangun atas pondasi
ukhuwwah (persaudaraan) dan ta'awun (solidaritas) serta penyampaian risalah dan
ppemantapan posisinya. Kemudian turunlah wahyu yang menugaskan Rasulullah –shallallahu
'alaihi wasallam- agar mmenyampaikan dakwah kepada kaumnya secara
terang-terangan (jahriyyah) dan menentang kebatilan mereka serta menyerang
berhala-berhala mereka.