Kamis, 18 Januari 2024

Kaum Quraisy Melakukan Negosiasi Serta Sebab Turunnya Surat al-Kafirun

20.36

 Kaum Quraisy Melakukan Negosiasi Serta Sebab Turunnya Surat al-Kafirun

Manakala kaum Quraisy gagal berunding dengan cara membujuk dan janji yang mengiurkan bahkan mengancam, demikian juga Abu Jahal melampiaskan kedunguan dan niat jahatnya untuk menghabisi beliau –shallallahu 'alaihi wasallam-, mereka tersadar tentang perlunya mencapai jalan tengah yang kiranya dapat menyelamatkan mereka. Mereka sebenarnya tidak menyatakan secara tegas bahwa Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam berjalan di atas kebatilan, akan tetapi kondisi mereka adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah -subhanahu wata'ala-: sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap al-Qur'an. (Hud: 110).

Karena itu mereka melihat perlunya mengupayakan negosiasi dengan beliau dalam masalah agama. Yaitu mencari titik temu dengan beliau, dengan cara meninggalkan sebagian urusan agama yang mereka yakini, dan menuntut Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- melakukan hal yang sama. Mereka mengira bahwa dengan cara ini mereka akan meraih kebenaran, jika memang apa yang diajak oleh Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam itu adalah benar.

Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya, dia berkata: al-Aswad bin al-Muththalib bin Asad bin Abdul Uzza, al-Walid bin al-Mughirah, Umayyah bin Khalaf serta al-Ash bin Wail as-Sahmi merupakan orang-orang berpengaruh di tengah kaum mereka, suatu ketika mereka menghadang Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- yang tengah melakukan thawaf di Ka'bah seraya berkata: wahai Muhammad! Biarlah kami menyembah apa yang engkau sembah dan engkau juga menyembah apa yang kami sembah sehingga kami dan engkau dapat berkongsi dalam menjalankan urusan ini. Jika yang engkau sembah itu lebih baik dari apa yang kami sembah, maka berarti kami telah mengambil bagian kami darinya, demikian pula jika apa yang kami sembah lebih baik dari apa yang engkau sembah, maka berarti engkau telah mendapatkan bagian darinya. Lalu Allah menurunkan tentang mereka surat al-Kafirun seluruhnya.

Abd bin Humaid dan yang lainnya mengeluarkan dari Ibnu Abbas bahwasannya orang-orang Quraisy berkata: andaikata engkau usap tuhan-tuhan kami, niscaya kami akan menyembah tuhanmu. Lalu turunlah surat al-Kafirun seluruhnya.

Ibnu Jarir dan yang lainnya mengeluarkan dari Ibnu Abbas juga bahwasannya orang-orang Quraisy berkata kepada Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-: engkau menyembah tuhan kami selama setahun dan kami menyembah tuhanmu selama setahun juga. Lalu Allah –subhanahu wata'ala- menurunkan firmanNya: katakanlah, maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai  orang-orang yang tidak berpengetahuan? (az-Zumar: 64).

Manakala Allah –subhanahu wata'ala- telah memberikan putusan final terhadap perundingan yang menggelikan tersebut melalui berbandingan yang tegas, orang-orang Quraisy tidak berputus asa dan berhenti bahkan semakin mengedurkan nilai negosiasi mereka asalkan Nabi –shallallahi 'alaihi wasallam- mau mengadakan beberapa perubahan terhadap petunjuk-petunjuk yang dibawanya dari Allah, mereka berkata sebagaimana dalam firmanNya:

Datangkanlah al-Qur'an yang lain dari ini atau gantilah dia. (Yunus:15)

Lantas Allah –subhanahu wata'ala- menumpas cara seperti ini dengan menurunkan ayat berikutnya sebagai bantahan Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- terhadap mereka. Allah –subhanahu wata'ala- berfirman:

Katakanlah, tidak patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat). (Yunus: 15).