Kaum Quraisy Melakukan Negosiasi Serta Sebab Turunnya Surat al-Kafirun
Manakala kaum Quraisy gagal
berunding dengan cara membujuk dan janji yang mengiurkan bahkan mengancam,
demikian juga Abu Jahal melampiaskan kedunguan dan niat jahatnya untuk
menghabisi beliau –shallallahu 'alaihi wasallam-, mereka tersadar tentang
perlunya mencapai jalan tengah yang kiranya dapat menyelamatkan mereka. Mereka
sebenarnya tidak menyatakan secara tegas bahwa Nabi –shallallahu 'alaihi
wasallam berjalan di atas kebatilan, akan tetapi kondisi mereka adalah
sebagaimana yang difirmankan oleh Allah -subhanahu wata'ala-: sesungguhnya
mereka (orang-orang kafir) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap
al-Qur'an. (Hud: 110).
Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan
sanadnya, dia berkata: al-Aswad bin al-Muththalib bin Asad bin Abdul Uzza,
al-Walid bin al-Mughirah, Umayyah bin Khalaf serta al-Ash bin Wail as-Sahmi
merupakan orang-orang berpengaruh di tengah kaum mereka, suatu ketika mereka
menghadang Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- yang tengah melakukan
thawaf di Ka'bah seraya berkata: wahai Muhammad! Biarlah kami menyembah apa
yang engkau sembah dan engkau juga menyembah apa yang kami sembah sehingga kami
dan engkau dapat berkongsi dalam menjalankan urusan ini. Jika yang engkau
sembah itu lebih baik dari apa yang kami sembah, maka berarti kami telah
mengambil bagian kami darinya, demikian pula jika apa yang kami sembah lebih
baik dari apa yang engkau sembah, maka berarti engkau telah mendapatkan bagian
darinya. Lalu Allah menurunkan tentang mereka surat al-Kafirun seluruhnya.
Abd bin Humaid dan yang lainnya
mengeluarkan dari Ibnu Abbas bahwasannya orang-orang Quraisy berkata: andaikata
engkau usap tuhan-tuhan kami, niscaya kami akan menyembah tuhanmu. Lalu
turunlah surat al-Kafirun seluruhnya.
Ibnu Jarir dan yang lainnya
mengeluarkan dari Ibnu Abbas juga bahwasannya orang-orang Quraisy berkata
kepada Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-: engkau menyembah tuhan kami
selama setahun dan kami menyembah tuhanmu selama setahun juga. Lalu Allah
–subhanahu wata'ala- menurunkan firmanNya: katakanlah, maka apakah kamu
menyuruh aku menyembah selain Allah, hai
orang-orang yang tidak berpengetahuan? (az-Zumar: 64).
Manakala Allah –subhanahu wata'ala-
telah memberikan putusan final terhadap perundingan yang menggelikan tersebut
melalui berbandingan yang tegas, orang-orang Quraisy tidak berputus asa dan
berhenti bahkan semakin mengedurkan nilai negosiasi mereka asalkan Nabi
–shallallahi 'alaihi wasallam- mau mengadakan beberapa perubahan terhadap
petunjuk-petunjuk yang dibawanya dari Allah, mereka berkata sebagaimana dalam
firmanNya:
Datangkanlah al-Qur'an yang lain
dari ini atau gantilah dia. (Yunus:15)
Lantas Allah –subhanahu wata'ala-
menumpas cara seperti ini dengan menurunkan ayat berikutnya sebagai bantahan
Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- terhadap mereka. Allah –subhanahu wata'ala-
berfirman:
Katakanlah, tidak patut bagiku
menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali yang
diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada
siksa hari yang besar (kiamat). (Yunus: 15).