Minggu, 07 Januari 2024

Membangun Ka'bah dan Menyelesaikan Pertikaian

23.13

 

Membangun Ka'bah dan Menyelesaikan Pertikaian

pada saat beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- berusia 35 tahun, kabilah Quraisy membangun kembali Ka'bah karena kondisi fisiknya sebelum itu hanyalah beberapa tumpukan batu-batu berukuran tinggi di atas badan manusia, yaitu setinggi 9 hasta sejak dari masa Nabi Ismai'l –'alaihissalam- dan tidak memiliki atap sehingga yang terdapat di dalamnya dapat dicuri oleh sebagian pencuri.


Di samping itu, karena merupakan peninggalan sejarah yang berumur sangat tua, Ka'bah sering diserang oleh pasukan berkuda sehingga merapuhkan bangunan dan merontokkan sendi-sendinya. Hal lainnya, lima tahun sebelum beliau  –shallallahu 'alaihi wasallam-diitus menjadi Rasul, Makkah pernah dilanda banjir bandang, airnya meluap dan mengalir ke Baitul Haram sehingga mengakibatkan bangunan Ka'bah hampir ambruk. Orang-orang Quraisy terpaksa merenovasi bangunannya demi menjaga pamornya dan bersepakat untuk tidak membangunnya kecuali dari sumber usaha yang baik. Mereka tidak mau mengambilnya dari dana mahar yang didapat secara zhalim, transaksi ribawi dan hasil tindak kezhaliman terhadap seseorang.

Semula mereka merasa segan untuk merobohkan bangunan Ka'bah, hingga akhirnya di prakarsai oleh Al-Walid bin Al- Mughirah Al-Makhzumi. setelah itu barulah orang-orang mengikutinya setelah melihat tidak terjadi apa-apa terhadap dirinya, mereka terus malakukan perobohan hingga sampai ke pondasi pertama yang dulu di letakkan oleh Nabi Ibrahim –'alaihissalam-. Kemudian mereka ingin memulai membangun kembali dengan cara membagi-bagi per bagian bangunan Ka'bah, yaitu masing-masing kabilah mendapat satu bagian. Setiap kabilah mengumpulkan sujumlah batu sesuai dengan jatah masing-masing, lalu dimulailah pembangunannya. Sedangkan yang menjadi pimpinan proyeknya adalah seorang arsitek asal Romawi yang bernama Baqum. Tatkala penerjaan tersebut sampai pada peletakan Hajar Aswad, mereka bertikai mengenai siapa yang paling berhak mandapatkan kehormatan meletakkannya ke tempat semula, dan pertikaian tersebut berlangsung selama empat atau lima malam. Bahkan pertikaian tersebut semakin meruncing, hingga hampir terjadi peperangan yang maha dahsyat di tanah al-Haram. Untunglah Abu Umayyah bin al-Mughirah al-Makhzumi menawarkan penyelesaian pertikaian di antara mereka lewat satu cara, yaitu menjadikan pemutus perkara tersebut kepada siapa yang paling dahulu memasuki pintu masjid. Tawaran ini dapat diterima oleh semua pihak dan atas kehendak Allah –subhanahu wata'ala- Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- lah  orang yang pertama memasukinya. Tatkala melihatnya, mereka saling menyeru: inilah al-Amin (orang yang amanah), kami rela! Inilah Muhammad!. Dan ketika beliau mendekati mereka dan merekapun memberitahukan kepadanya tentang hal tersebut, beliau meminta sehelai selendang dan meletakkan Hajar Aswad di tengah-tengahnya, lalu meminta agar semua kepala kabilah yang bertikai memegangi ujung selendang tersebut dan memerintahkan mereka untuk mengangkatnya tinggi-tinggi, hingga manakala mereka telah mengangkatnya sampai ke tempatnya, beliau mengambilnya dengan tangannya dan meletakannya di tempatnya semula. Ini merupakan solusi yang tepat dan jitu yang membuat semua pihak rela.

Namun orang Quraisy kekurangan dana dari sumber usaha yang baik sehingga mereka harus meninggalkan pembangunan sekitar 6 hasta dari bagian utara Ka'bah, yaitu yang dinamakan dengan Hijr Isma'il dan al-Hatim lalu mereka meninggikan pintunya yang semula beada di tanah agar tidak ada orang yang memasukinya kecuali orang yang mereka kehendaki. Tatkala pembangunan sudah mencapai 15 hasta, mereka menutupnya dengan atap dan menyangganya dengan 6 buah tiang.

Setelah proyek renovasi selesai, Ka'bah berubah menjadi hampir berbentuk kubus dengan ketinggian kurang lebih 15 meter, panjang sisi yang berada di babian Hajar Aswad adalah 10 meter dan bagian depan yang berhadapan dengannya juga 10 meter. Hajar Aswad sendiri dipasang di atas ketinggian 1 1/2 meter dari permukaan lantai dasar Thawaf, adapun panjang sisi yang berada di bagian pintu depan yang sehadapan dengannya 12 meter sedangkan tinggi pintunya adalah 2 meter dari atas permukaan tanah. Dan dari bagian luarnya dikelilingi oleh tumpukan batu bangunan, tepatnya di bagian bawahnya, tinggi rata-ratanya adalah 0,25 meter dan lebar rata-ratanya 0,30 meter. Bagian terakhir ini dikenal dengan nama asy-Syadzirwan yang merupakan bagian dari pondasi asal Ka'bah akan tetapi orang-orang Quraisy membiarkannya.