Selasa, 16 Januari 2024

Meningkatnya Frekuensi Siksaan dan Upaya Menghabisi Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-

01.59

Meningkatnya Frekuensi Siksaan dan Upaya Menghabisi Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-

Manakala kaum musyrikin gagal dalam tipu muslihat mereka untuk memulangkan kaum Muslimin yang berhijrah ke Habasyah, mereka semakin bertambah geram, kedongkolan kereka bervariasi antara satu dan yang lainnya, kemarahan mereka semakin lama semakin memuncak dan mereka timpakan juga kepada kaum Muslimin yang lainnya. Bahkan mereka sudah berani menjangkaukan tangan mereka kepada Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- untuk menyakiti beliau. Tampak dari gerak-gerik mereka adanya keinginan untuk menghabisi Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- sehingga mereka dapat menumpas habis fitnah hingga ke akar-akarnya yang selama ini mengganggu tidur mereka; demikian klaim mereka.

Sedangkan kaum Muslimin sendiri sebagian mereka masih tinggal di Makkah, tetapi jumlahnya sedikit sekali. Dapat bertahannya mereka bisa karena alasan kedudukan mereka yang termasuk orang-oreng yang terpandang dan memiliki kekuatan atau karena mendapatkan perlindungan dari seseorang. Meski pun demikian mereka tetap menyembunyikan keislaman mereka dan menghindari pengintaian mata-mata para Thaghut sedapat mungkin. Akan tetapi sekali pun mereka telah bersikap hati-hati dan waspada, mereka tetap tidak dapat lolos begitu saja dari gangguan, penghinaan serta penganiayaan.

Dalam pada itu Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-tetap melakukan shalat dan beribadah kepada Allah di depan mata para Thaghut tersebut. Beliau leluasa berdakwah, baik secara sembunyi-sembunyi atau pun terang-terangan. Tidak ada satu pun yang bisa menghalangi dan memalingkannya dari hal itu, sebab semua itu merupakan bagian dari tugas beliau dalam rangka menyampaikan risalah Allah semenjak beliau diperintahkan olehNya.

Dengan demikian, sebenarnya sewaktu-waktu bisa saja kaum musyrikin menyakiti beliau bila mereka mau, sebab secara lahiriyah tidak ada yang menghalangi antara mereka dan diri beliau selain rasa malu dan segan serta adanya jaminan Abu Thalib dan rasa hormat terhadapnya. Sebabnya lainnya karena kekhawatiran mereka terhadap akibat fatal dari tindakan tersebut sehingga akan membuat suku Bani Hasyim berhimpun melawan mereka. Namun lambat laun perasaan tersebut pupus dan tidak berpengaruh banyak terhadap psikologis mereka. Karenanya, mereka mulai meganggap remeh akan hal itu semenjak mereka merasa eksistensi berhala dan kepemimpinan spriritual yang selama ini mereka pegang sudah semakin memudar dengan munculnya dakwah Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-

Berikut di antara peristiwa-peristiwa yang dikisahkah oleh kitab-kitab as-Sunnah dan Sirah kepada kita:

Kisah Utaibah bin Abi Lahab yang mendatangi Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasalam- pada suatu hari seraya berkata: aku mengingkari firman Allah: Demi bintang ketika terbenam (an-Najm: 1) dan terhadap yang mendekat : mendekat lalu bertambah dekat lagi (an-Najm: 8). Selepas ucapan itu dia menyakiti beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- merobek bajunya serta meludah ke arah wajahnya, namun tidak mengenainya. Ketika itu Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- mendoakan kebinasaan atasnya: ya Allah kirimkanlah kepadanya seekor anjing dari anjing-anjing (ciptaanMu) untuk menerkamnya.

Do'a beliau ini telah dikabulkan Allah, yaitu manakala suatu hari Utaibah bepergian bersama beberapa orang Quraisy dan singgah di suatu tempat di Syam yang bernama az-Zarqa'. Pada malam itu seekor singa mengitari mereka. Melihat hal itu Utaibah serta-merta berseloroh: wahai saudaraku, sungguh celaka! Demi Allah, ini adalah pemangsaku, sebagaimana yang didoakan oleh Muhammad atasku. Dia dapat membunuhku padahal sedang berada di Makkah sedangkan aku di Syam. Lalu singa itu menerkamnya ditengah kerumunan kaum tersebut, mencengkram kepalanya dan membunuhnya.

Kisah lainnya disebutkan bahwa Uqbah bin Abi Mu'ith minginjak-injak tengkuk beliau yang mulia saat beliau sedang sujud, hingga hampir-hampir kedua biji matanya keluar.

Di antara bukti lainyang menunjukkan bahwa para Thaghut tersebut ingin membunuh beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- adalah kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash dia berkata: aku datang saat mereka sedang berkumpul di Hijr Isma'il (di dekat Ka'bah) mereka menyebut-nyebut perihal Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallm-. Mereka berkata: kita tidak pernah sampai menahan kesabaran seperti halnya kita sabar terhadap orang ini. Sungguh kita telah menahan sabar terhadapnya dalam masalah yang serius. Manakala mereka dalam kodisi demikian, muncullah Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- dan berjalan menuju ke arah mereka, lalu beliau menyalami ar-Rukn al-Yamani (salah satu sudut Ka'bah), kemudian beliau melewati mereka dan berthawaf di sekeliling Ka'bah. Mereka menghina beliau dengan beberapa ucapan, aku dapat mengetahui hal itu dari raut wajah Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-. Ketika beliau melewati mereka untuk kedua kalinya, mereka tetap melakukan hal yang sama terhadapnya dan aku dapat mengetahuinya juga dari raut wajah beliau, kemudian beliau melewati mereka untuk ketiga kalinya dan mereka masih melakukan hal yang sama terhadapnya. Lalu beliau berhenti dan berkata kepada mereka: sudikah kalian mendengarkanku wahai kaum Quraisy! Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh aku datang membawakan sembelihan untuk kalian. Ucapan beliau ini membuat mereka tertegun sehingga tidak seorang pun dari mereka yang bergeming, seakan-akan di atas kepala nereka bertengger seekor burung. Bahkan orang yang paling kasar di antara mereka berusaha menenangkan beliau dengan sebisanya. Orang itu berkata: pergilah wahai Abul Qasim (julukan Rasulullah) demi Allah, engkau bukanlah orang yang bodoh.

Pada keesokan harinya mereka berkumpul kembali memperbincangkan perihal beliau –shallallahu 'alaihi wasallam-, dan ketika beliau muncul secara serentak mereka mengerubuti dan mengitari beliau, aku melihat salah seorang di antara mereka mencengkram bagian leher jubah beliau, lantas Abu Bakar dengan segera membela, sambil menangis, dan dia berkata: apakah kalian akan membunuh seseorang lantaran dia berucap Rabbku adalah Allah. Kemudian mereka berlalu.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Urwah bin az-Zubair dia berkata: aku bertanya kepada Abdullah Ibnu Amru bin al-Ash: beritahukanlah kepadaku tentang perlakuan paling kejam yang dilakukan oleh kaum musyrikin terhadap Nabi –shallallahu 'alaihi waallam-! Dia menjawab: saat nabi –shallallahu 'alaihi wasallam sedang shalat di Hijr Isma'il dekat Ka'bah, datanglah Uqbah bi Abi Mu'ith, lalu dia melilitkan pakaiannya ke leher beliau dan menariknya dengan kencang. Kemudian Abu Bakar datang dan mencengkram pundaknya lalu mengenyahkannya dari sisi Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- seraya berkata: apakah kalian akan membunuh seseorang lantaran dia mengatakan Rabbku adalah Allah?.