Rabu, 17 Januari 2024

Reaksi Kaum Musyrikin Melihat Umar bin al-Khaththab Masuk Islam

15.33

 

Reaksi Kaum Musyrikin Melihat Umar bin al-Khaththab Masuk Islam

Umar –radhiyallahu 'anhu- merupakan sosok yang memiliki harga diri yang tinggi, dan keinginan yang tidak dapat dicegah. Oleh kerena itulah keislamannya menimbulkan goncangan luar biasa di kalangan kaum musyrikin dan membuat mereka semakin merasa terhina dan dipermalukan, sementara bagi kaum Muslimin, hal itu menambah izzah, kemuliaan dan kegembiraan.

Ibnu Ishaq meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar, dia berkata: tatkala aku sudah masuk Islam, aku mengingat-ingat siapa penduduk Makkah yang paling kejam terhadap Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam-, aku berkata pasti Abu Jahal. Lalu aku mendatangi dia dan aku ketuk pintu rumahnya. Dia pun keluar menyembutku seraya berkata: selamat datang! Ada apa denganmu?

Aku berkata padanya: aku datang untuk memberitahumu bahwa aku telah beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad, serta membenarkan apa yang telah dibawanya. Lalu dia membanting pintu di hadapan wajahku seraya berkata: semoga Allah menjelekkanmu dan apa yang engkau bawa.

Dalam versi Ibnu al-Jauzi disebutkan bahwa Umar –radhiyallahu 'anhu- berkata: dulu, jika seseorang masuk Islam, maka orang-orang mendatanginya lantas memukulinya dan dia juga balas memukuli mereka, namun tatkala aku telah masuk Islam, aku mendatangi pamanku al-Ashi bin Hasyim, dan memberitahukan kepadanya hal itu, dia malah masuk rumah lalu pergi ke salah seorang pembesar Quraisy –sepertinya Abu Jahal- dan memberitahukan padanya perihal keislamanku, tetapi dia juga malah masuk rumah.

Ibnu Hisyam juga menyebutkan bahwa ketika Umar masuk Islam dia mendatangi Jamil bin Ma'mar al-Jumahi untuk memberitahukan kepadanya tentang keislamannya, orang ini langsung berteriak dengan sekeras-kerasnya bahwa Ibnu al-Khaththab telah menjadi penganut agama baru. Umar pun menimpali di belakangnya: dia bohong, akan tetapi aku telah masuk Islam. Mereka pun menyergapnya hingga akhirnya terjadilah pertarungan antara Umar seorang diri melawan mereka. Pertarungan itu baru selesai saat matahari sudah berada tepat di atas kepala mereka. Tetapi Umar sudah nampak kepayahan. Dia hanya bisa duduk sementara mereka berdiri dekat kepalanya. Dia berkata kepada mereka: sungguh aku bersumpah atas nama Allah, bahwa andai kami berjumlah tiga ratus orang, niscaya kami biarkan mereka untuk kalian atau kalian biarkan mereka untuk kami.

Setelah kejadian itu kaum musyrikin berangkat dalam jumlah besar menuju rumah Umar, dengan tujuan akan membunuhnya. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar dia berkata: saat Umar berada di dalam rumah dalam kondisi cemas, datanglah al-Ash bin Wail as-Sahmi yang dikenal dengan sebutan Abu Amr, dengan mengenakan mantel dan baju yang terbuat dari sutera. Dia berasal dari suku Bani Sahm yang merupakan sekutu kami di masa Jahiliyyah. Al-Ash berkata kepada Umar: ada apa denganmu?

Umar menjawab: kaummu sesumbar akan membunuhku karena aku masuk Islam.

Al-Ash berkata: tidak akan aku biarkan mereka melakukan hal itu terhadapmu.

Abdullah bin Umar berkata: setelah dia berkata demikian aku pun meresa lega.

Al-Ash kemudian keluar dan mendapatkan banyak orang sudah memadati lembah tersebut, lantas dia berkata kepada mereka: hendak kemana kalian?

Mereka menjawab: kami hendak menemui Ibnu al- Khaththab yang sudah menjadi penganut agama baru.

Dia berkata: kalian tidak akan aku biarkan mengganggunya.

Orang-orang itu pun akhirnya membubarkan diri.

Demikianlah dampak keislamannya terhadap kaum musyrikin, sedangkan terhadap kaum Muslimin adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Mujahid dari Ibnu Abbas, dia berkata: aku berkata kepada Umar: kenapa kamu dijuluki al-Faruq?

Umar berkata: Hamzah masuk Islam tiga hari lebih dahulu dariku, lalu aku berkata: wahai Rasulullah! Bukankah kita berada di atas kebenaran; mati atau pun hidup?

Beliau menjawab: tentu saja, Demi Dzat Yang jiwaku berada di tanganNya, sesungguhnya kalian berada di atas kebenaran; mati atau pun hidup.

Lalu aku berkata: lantas untuk apa kita harus bersembunyi? Demi Dzat Yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sesungguhnya kita harus keluar menampakkan diri. Lalu kami membawa beliau keluar, kami terbagi dalam dua barisan; salah satunya dipimpin oleh Hamzah dan yang lainnya  dipimpin olehku. Deru debu yang diakibatkannya ibarat ceceran tepung. Akhirnya kami memasuki Masjid Haram. Kemudian kaum musyrikin Quraisy menoleh ke arahku dan Hamzah, mereka tampak diliputi oleh kesedihan yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya. Sejak saat itulah Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- menamaiku al-Faruq.

Ibnu Mas'ud sering berkata: sebelumnya kami tidak berani melakukan shalat di sisi Ka'bah hingga Umar masuk Islam.

Dari Suhaib bin Sinan ar-Rumi –radhiyallahu 'anhu- dia berkata: ketika Umar masuk Islam, barulah Islam menampakkan diri, dan dakwah kepadanya dilakukan secara terang-terangan. Kami juga berani duduk-duduk secara melingkar di sekitar Baitullah, melakukan thawaf, mengimbangi perlakuan orang yang kasar kepada kami, serta membalas sebagian yang diperbuatnya.

Dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata: kami senantiasa merasakan izzah sejak Umar masuk Islam.