Kamis, 18 Januari 2024

Utusan Quraisy Menemui Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-

05.43

 Utusan Quraisy Menemui Rasulullah  -shallallahu 'alaihi wasallam-

Setelah masuk Isamnya dua orang pahlawan yang agung, Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu 'anhuma- awan kelabu mulai berlalu dari kaum Muslimin, dan barulah kaum musyrikin tersadar dari mabuk penyiksaan mereka terhadap kaum Muslimin. Kali ini mereka berupaya untuk mencari jalan lain. Yaitu mengajak negosiasi. Konsekuensinya mereka akan memenuhi semua tuntutan yang diinginkan oleh Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam asalkan beliau mau menghentikan dakwahnya. Sungguh kasihan, mereka tidak mengetahui bahwa dunia beserta isinya tidak memiliki nilai sama sekali walau sehelai sayap nyamuk sekali pun dibandingkan dakwah yang beliau emban. Akhirnya mereka mengalami kegagalan lagi.

Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Ziyad berkata kepadaku tentang sebuah riwayat dari Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi, dia berkata: telah diberitahukan kepadaku bahwa suatu hari Utbah bin Rabi'ah –yang merupakan pemuka kaumnya- berbicara di tempat berkumpulnya kaum Quraisy, sementara Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- duduk-duduk seorang diri di masjid. Wahai kaum Quraisy, bagaimana pendapat kalian bila aku temui Muhammad dan berbicara dengannya, lalu menawarkan kepadanya beberapa hal yang aku berharap semoga saja sebagiannya dia terima, setelah itu kita berikan kepadanya apa yang dia mau sehigga dia tidak lagi mengganggu kita?

Hal itu dikatakannya ketika Hamzah –radhiyallahu 'anhu- masuk Islam dan melihat bahwa para sahabat Rasulullah –shallallahu 'alaihi waallam- semakin hari semakin banyak dan bertambah, lalu mereka berkata kepadanya: tentu saja wahai Abul Walid (panggilan Utbah), pergilah untuk menemuinya dan berbicaralah dengannya!

Utbah segera menemui Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- dan duduk di sampingnya seraya berkata: wahai anak saudaraku, sesungguhnya seperti yang engkau ketahui, di antara kami engkau adalah orang yang memiliki kedudukan tinggi dan garis keturunan yang luhur, dan sesungguhnya engkau telah datang kepda kaummu membawa sesuatu yang amat serius, sehingga membuat mereka bercerai-berai, engkau menganggap mereka menyimpang dari kebenaran, tuhan-tuhan serta agama mereka engkau cela, dan nenek moyang mereka engkau kafirkan. Dengarlah, aku ingin menawarkan beberapa hal kepadamu lantas bagaimana pendapatmu tentangnya? Semoga saja sebagiannya dapat engkau terima.

Katakanlah wahai Abul Walid, aku akan mendengarkannya. Jawab Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-.

Utbah berkata:  wahai anak saudaraku, jika apa yang engkau bawa itu semata-mata karena engkau menginginkan harta, maka kami akan mengumpulkan harta-harta kami untukmu sehingga engkau menjadi orang yang paling banyak hartanya di antara kami. Jika apa yang engkau bawa itu semata-mata hanya menginginkan kedudukan, maka kami akan mengangkatmu menjadi tuan kami hingga kami tidak akan memutuskan sesuatu pun sebelum engkau menyetujuinya. Jika apa yang engkau bawa itu semata-mata hanya menginginkan kerajaan, maka kami akan mengangkatmu menjadi raja, dan jika apa yang datang kepadamu adalah jin yang menurutmu engkau tidak dapat mengusirnya darimu, maka kami akan memanggilkan tabib untukmu serta akan kami infakkan harta kami demi kesembuhanmu, sebab orang bisa jadi disentuh jin sehingga perlu diobati. Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- mendengarkan perkataan Utbah hingga dia selesai bicara.

Lalu beliau berkata: Wahai Abul Walid, sudah selesaikah engkau?

Dia menjawab: ya.

Beliau berkata: sekarang giliranku, dengarkanlah!

Dia menjawab: baiklah, aku akan dengar.

Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- berkata: Bismillahirrahmanirrahim (dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang),

Ha Mim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam Bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui. Yang membawa berita gembira dan membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: hati kami dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya. (Fushshilat: 1-5)

Kemudian Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- melanjutkan bacaannya. Tatkala Utbah mendengarnya, dia diam serta khusyu' mendengarkan sambil bertumpu di atas kedua tangannya ke belakang, hingga beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- melewati ayat sajdah dalam surat tersebut, lalu beliau bersujud. Setelah itu beliau bersabda: wahai Abul Walid, engkau telah mendengarkan apa yang telah engkau dengar tadi. Sekarang terserah padamu.

Utbah bangkit dan menemui para sahabatnya. Melihat kedatangannya sebagian mereka berbisik-bisik kepada sebagian yang lain: demi Allah, sungguh Abul Walid telah datang kepada kalian dengan raut muka yang berbeda dengan raut mukanya sewaktu pergi tadi.

Setelah dia duduk bersama mereka, mereka berkata kepadanya: apa yang engkau bawa wahai Abul Walid?

Dia menjawab: yang aku bawa, bahwa aku telah mendengar suatu perkataan yang –demi Allah- belum pernah sama sekali aku dengar semisalnya. Demi Allah! Dia bukanlah syair, bukan sihir dan bukan pula tenung! Wahai kaum Quraisy! Patuhi aku, serahkan urusan ini kepadaku serta biarkanlah orang ini melakukan apa yang dia lakukan. Menjauhlah dari urusannya! Demi Allah! Sungguh ucapannya yang telah aku dengar itu akan menjadi berita besar; jika orang-orang Arab dapat mengalahkannya maka kalian telah membereskannya tanpa campur tangan, dan jika dia berhasil mengalahkan mereka, maka kerajaannya adalah kerajaan kalian juga, keagungannya adalah keagungan kalian juga, maka dengan begitu kalian akan menjadi orang yang paling bahagia.

Mereka berkata: demi Allah, dia telah menyihirmu dengan lisannya wahai Abul Walid!

Inilah pendapatku terhadapnya, terserah apa yang kalian inginkan, jawabnya.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Utbah mendengar dengan khusyu' hingga bacaan Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- sampai pada firman Allah:

Jika mereka berpaling maka katakanlah: aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud. (Fushshilat: 13)

Ketika mendengar ayat tersebut maka Utbah berdiri terperanjat dan cepat-cepat menutup mulut Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- dengan tangannya seraya berkata: aku minta kepadamu atas nama Allah agar engkau mengingat rahim (hubungan kekeluargaan) di antara kita.

Hal itu dilakukannya karena takut peringatan tersebut menimpa dirinya. Setelah itu, dia bangkit menemui para sahabatnya dan mengatakan apa yang telah dia katakan.