Rabu, 14 Februari 2024

Bai'at Aqabah Kedua/Bai'at Kubra (Bagian 2)

23.11

Bai'at Aqabah Kedua/Bai'at Kubra (Bagian 2)

Penegasan Kembali akan Dampak Serius dari Bai'at

Setelah pembahasan tentang syarat-syarat bai'at rampung, dan mereka bersepakat untuk segera melangsungkannya, berdirilah dua orang laki-laki dari angkatan pertama yang masuk Islam pada musim lalu, yaitu tahun 11 dan 12 kenabian. Salah seorang dari keduanya berdiri lalu disusul oleh seorang lagi untuk mempertegas kepada para hadirin akan dampak serius dari resiko yang harus dipikul, sehingga mereka tidak hanya sekedar membai'at kecuali setelah benar-benar mengetahui secara jelas hakikatnya. Demikian pula keduanya ingin mengetahui dan memastikan seberapa jauh kesiapan para hadirin untuk berkorban.

Ibnu Ishaq berkata: tatkala mereka berkumpul untuk berbai'at, berkatalah al-Abbas bin Ubadah bin Nadhah: apakah kalian mengetahui untuk apa kalian berbai'at terhadap orang ini (yakni Nabi Muhammad –shallallahu 'alaihi wasallam-)?. Mereka menjawab: ya.

 Dia berkata lagi: sesungguhnya kalian akan membai'atnya untuk memerangi orang-orang berkulit merah dan hitam. Jika kalian nanti melihat bahwa setelah harta kalian musnah karena tertimpa musibah dan para pemuka kalian dibunuh, kalian akan menyerahkannya, maka demi Allah, dari sekarang urungkan saja niat kalian, jika kalian melakukannya maka hal itu akan menjadi kehinaan bagi kalian di dunia dan akhirat. Dan jika kalian nantinya melihat akan mampu menepati janji dari apa yang kalian tawarkan kepadanya sekalipun harta-harta musnah dan para pemuka kalian terbunuh, maka ambillah dia, sebab demi Allah, hal itu adalah baik untuk kalian di dunia dan akhirat.

Mereka berkata: kalau begitu kami akan mengambilnya sekalipun dengan resiko harta kami musnah dan para pemuka kami terbunuh karenanya. Wahai Rasulullah, apa imbalan bagi kami dalam hal itu bilamana kami menepatinya?

Beliau menjawab: surga.

Lalu mereka berkata: bentangkanlah telapak tanganmu!.

Kemudian beliau membentangkan telapak tangannya, dan mereka pun membai'atnya.

Dalam riwayat Jabir, dia berkata: maka kami berdiri untuk membai'atnya. Lalu As'ad bin Zurarah –yang merupakan orang yang paling muda dari 70 orang yang hadir tersebut- memegang tangan beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- seraya berkata: jangan terburu-buru wahai penduduk Yatsrib! Sesungguhnya kita tidak datang kepadanya kecuali karena kita mengetahui betul bahwa dia adalah utusan Allah. Sesungguhnya, keputusan untuk membawanya keluar dari kota Makkah saat ini berarti memisahkan diri dari orang-orang Arab secara keseluruhan, terbunuhnya orang-orang pilihan kalian dan pedang siap menebas kalian, karenanya jika kalian akan bersabar atas hal itu, maka lakukanlah dan kalian akan mendapatkan pahala dari Allah. Namun jika kalian menghkawatirkan keselamatan diri kalian maka biarkan saja dia dan hal itu adalah alasan paling logis di sisi Allah.

Akad Bai'at

Setelah penetapan poin-poin bai'at dan setelah adanya penegasan dan kepastian, maka dimulailah akad bai'at dengan cara saling bersalam-salaman.

Setelah mengisahkan ucapan As'ad bin Zurarah tersebut, Jabir berkata: lalu mereka berkata: wahai As'ad! Singkirkan tanganmu dari kami, demi Allah, kami tidak akan meninggalkan bai'at ini dan tidak pula membatalkannya.

Ketika itu barulah As'ad menyadari betapa besarnya kesiapan orang-orang Anshar tersebut untuk berkorban di jalan ini dan dia pun dapat memastikan hal itu sebagai seorang da'i besar bersama Mush'ab bin Umair di mana dia merupakan orang yang lebih dahulu mengukuhkan bai'at ini.

Ibnu Ishaq berkata: Bani an-Najjar mengklaim bahwa Abu Umamah, As'ad bin Zurarah adalah orang pertama yang menjabat tangan Nabi –shalallahu 'alaihi wasallam-.

Setelah itu dimulailah bai'at secara umum. Dalam hal ini Jabir berkata: lalu kami satu persatu mendatangi beliau, dan beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- mengambil bai'at dari kami dan memberikan kepada kami surga sebagai imbalannya.

Sedangkan bai'at yang dilakukan oleh dua orang wanita yang menyaksikan kejadian itu adalah berupa ucapan saja, sebab Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- tidak pernah sama sekali menjabat tangan wanita yang bukan mahramnya.

Dua Belas Orang Pemimpin Pilihan

Setelah bai'at rampung, Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- meminta agar dipilih 12 orang pemimpin yang tugasnya memimpin kaumnya dan mewakili mereka dalam mengemban tanggung jawab atas pelaksanaan poin-poin bai'at tersebut. Beliau berkata kepada mereka: seleksilah 12 orang pemimpin di kalangan kalian untuk menjadi penanggung jawab terhadap apa yang terjadi dengan kaum kalian.

Seketika itu juga pemilihan mereka dilaksanakan dan menghasilkan masing-masing 9 orang dari kalangan suku Khazraj dan 3 orang dari kalangan suku Aus. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut:

Para Pemimpin Terpilih dari Suku Khazraj:

1.       As'ad bin Zurarah bin Ads

2.       Sa'ad bin ar-Rabi' bin Amr

3.       Abdullah bin Rawahah bin Tsa'labah

4.       Rafi' bin Malik bin al-Ajlan

5.       Al-Bara' bin Marur bin Shakhr

6.       Abdullah bin Amr bin Haram

7.       Ubadah bin ash-Shamit bin Qais

8.       Sa'ad bin Ubadah bin Dulaim

9.       Al-Mundzir bin Amr bin Khunais

Para Pemimpin Terpilih dari Suku Aus

1.       Usaid bin Hudhair bin Sammak

2.       Sa'ad bin Khaitsamah bin al-Harits

3.       Rifa'ah bin Abdul Mundzir bin Zubair

Setelah pemilihan mereka selesai, Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- mengambil janji lain terhadap mereka ini sebagai para pemimpin pilihan yang diserahi tanggung jawab.

Beliau berkata kepada mereka: kalian bertanggung jawab atas kaum kalian sebagaimana pertanggungjawaban kaum Hawariyin kepada Isa bin Maryam –alaihissalam-. Sedangkan aku adalah penanggung jawab bagi kaumku (yakni kaum Muslimin).

Mereka berkata: kami bersedia.

Setan Menyingkap Perihal Perjanjian

Setelah perjanjian rampung dan para peserta hampir saja akan berpencar, salah satu setan menyingkapnya. Namun kerena penyingkapan ini terjadi pada detik-detik terakhir dan berita ini tidak mungkin disampaikan kepada para pemimpin Quraisy secara rahasia, agar mereka dapat menyerang orang-orang yang berkumpul di celah itu secara mendadak, maka setan tersebut berdiri di puncak bukit seraya berteriak dengan suara yang tidak pernah terdengar sekencang itu: wahai penghuni rumah-rumah! Apakah kalian ingin mengetahui Muhammad dan para penganut agama baru yang bersamanya? Sungguh mereka telah berkumpul untuk memerangi kalian.

Lalu Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: ini Adzabbul Aqabah (nama setan), demi Allah aku akan mengonsentrasikan diri untuk menghadapimu wahai musuh Allah!. Kemudian beliau memerintahkan mereka untuk berpencar dan kembali ke barak masing-masing.

Kesiapan Kaum Anshar untuk Menggempur Kaum Quraisy

Ketika mendengar suara setan tersebut, al-Abbas bin Ubadah bin Nadhah berkata: Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau menghendaki maka besok kami akan menggempur penduduk Mina dengan pedang-pedang kami ini. Lantas Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: kita belum diperintahkan demikian, akan tetapi kembalilah kalian ke barak masing-masing. Lantas mereka pun kembali dan tidur hingga pagi hari.