
Bai'at Aqabah Kedua/Bai'at Kubra (Bagian 2)
Penegasan Kembali akan Dampak Serius dari
Bai'at
Setelah pembahasan tentang
syarat-syarat bai'at rampung, dan mereka bersepakat untuk segera
melangsungkannya, berdirilah dua orang laki-laki dari angkatan pertama yang
masuk Islam pada musim lalu, yaitu tahun 11 dan 12 kenabian. Salah seorang dari
keduanya berdiri lalu disusul oleh seorang lagi untuk mempertegas kepada para
hadirin akan dampak serius dari resiko yang harus dipikul, sehingga mereka
tidak hanya sekedar membai'at kecuali setelah benar-benar mengetahui secara
jelas hakikatnya. Demikian pula keduanya ingin mengetahui dan memastikan
seberapa jauh kesiapan para hadirin untuk berkorban.
Ibnu Ishaq berkata: tatkala mereka
berkumpul untuk berbai'at, berkatalah al-Abbas bin Ubadah bin Nadhah: apakah
kalian mengetahui untuk apa kalian berbai'at terhadap orang ini (yakni Nabi
Muhammad –shallallahu 'alaihi wasallam-)?. Mereka menjawab: ya.
Dia berkata lagi: sesungguhnya kalian akan
membai'atnya untuk memerangi orang-orang berkulit merah dan hitam. Jika kalian
nanti melihat bahwa setelah harta kalian musnah karena tertimpa musibah dan
para pemuka kalian dibunuh, kalian akan menyerahkannya, maka demi Allah, dari
sekarang urungkan saja niat kalian, jika kalian melakukannya maka hal itu akan
menjadi kehinaan bagi kalian di dunia dan akhirat. Dan jika kalian nantinya
melihat akan mampu menepati janji dari apa yang kalian tawarkan kepadanya
sekalipun harta-harta musnah dan para pemuka kalian terbunuh, maka ambillah
dia, sebab demi Allah, hal itu adalah baik untuk kalian di dunia dan akhirat.
Mereka berkata: kalau begitu kami
akan mengambilnya sekalipun dengan resiko harta kami musnah dan para pemuka
kami terbunuh karenanya. Wahai Rasulullah, apa imbalan bagi kami dalam hal itu
bilamana kami menepatinya?
Beliau menjawab: surga.
Lalu mereka berkata: bentangkanlah
telapak tanganmu!.
Kemudian beliau membentangkan
telapak tangannya, dan mereka pun membai'atnya.
Dalam riwayat Jabir, dia berkata:
maka kami berdiri untuk membai'atnya. Lalu As'ad bin Zurarah –yang merupakan
orang yang paling muda dari 70 orang yang hadir tersebut- memegang tangan
beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- seraya berkata: jangan terburu-buru wahai
penduduk Yatsrib! Sesungguhnya kita tidak datang kepadanya kecuali karena kita
mengetahui betul bahwa dia adalah utusan Allah. Sesungguhnya, keputusan untuk
membawanya keluar dari kota Makkah saat ini berarti memisahkan diri dari
orang-orang Arab secara keseluruhan, terbunuhnya orang-orang pilihan kalian dan
pedang siap menebas kalian, karenanya jika kalian akan bersabar atas hal itu,
maka lakukanlah dan kalian akan mendapatkan pahala dari Allah. Namun jika
kalian menghkawatirkan keselamatan diri kalian maka biarkan saja dia dan hal
itu adalah alasan paling logis di sisi Allah.
Akad Bai'at
Setelah penetapan poin-poin bai'at
dan setelah adanya penegasan dan kepastian, maka dimulailah akad bai'at dengan
cara saling bersalam-salaman.
Setelah mengisahkan ucapan As'ad bin
Zurarah tersebut, Jabir berkata: lalu mereka berkata: wahai As'ad! Singkirkan
tanganmu dari kami, demi Allah, kami tidak akan meninggalkan bai'at ini dan
tidak pula membatalkannya.
Ketika itu barulah As'ad menyadari
betapa besarnya kesiapan orang-orang Anshar tersebut untuk berkorban di jalan
ini dan dia pun dapat memastikan hal itu sebagai seorang da'i besar bersama
Mush'ab bin Umair di mana dia merupakan orang yang lebih dahulu mengukuhkan
bai'at ini.
Ibnu Ishaq berkata: Bani an-Najjar
mengklaim bahwa Abu Umamah, As'ad bin Zurarah adalah orang pertama yang
menjabat tangan Nabi –shalallahu 'alaihi wasallam-.
Setelah itu dimulailah bai'at secara
umum. Dalam hal ini Jabir berkata: lalu kami satu persatu mendatangi beliau,
dan beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- mengambil bai'at dari kami dan
memberikan kepada kami surga sebagai imbalannya.
Sedangkan bai'at yang dilakukan oleh
dua orang wanita yang menyaksikan kejadian itu adalah berupa ucapan saja, sebab
Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- tidak pernah sama sekali menjabat
tangan wanita yang bukan mahramnya.
Dua Belas Orang Pemimpin Pilihan
Setelah bai'at rampung, Rasulullah
–shallallahu 'alaihi wasallam- meminta agar dipilih 12 orang pemimpin yang
tugasnya memimpin kaumnya dan mewakili mereka dalam mengemban tanggung jawab
atas pelaksanaan poin-poin bai'at tersebut. Beliau berkata kepada mereka:
seleksilah 12 orang pemimpin di kalangan kalian untuk menjadi penanggung jawab
terhadap apa yang terjadi dengan kaum kalian.
Seketika itu juga pemilihan mereka
dilaksanakan dan menghasilkan masing-masing 9 orang dari kalangan suku Khazraj
dan 3 orang dari kalangan suku Aus. Nama-nama mereka adalah sebagai berikut:
Para Pemimpin Terpilih dari Suku
Khazraj:
1.
As'ad bin Zurarah bin Ads
2.
Sa'ad bin ar-Rabi' bin Amr
3.
Abdullah bin Rawahah bin Tsa'labah
4.
Rafi' bin Malik bin al-Ajlan
5.
Al-Bara' bin Marur bin Shakhr
6.
Abdullah bin Amr bin Haram
7.
Ubadah bin ash-Shamit bin Qais
8.
Sa'ad bin Ubadah bin Dulaim
9.
Al-Mundzir bin Amr bin Khunais
Para Pemimpin Terpilih dari Suku Aus
1.
Usaid bin Hudhair bin Sammak
2.
Sa'ad bin Khaitsamah bin al-Harits
3.
Rifa'ah bin Abdul Mundzir bin Zubair
Setelah pemilihan mereka selesai,
Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- mengambil janji lain terhadap mereka ini
sebagai para pemimpin pilihan yang diserahi tanggung jawab.
Beliau berkata kepada mereka: kalian
bertanggung jawab atas kaum kalian sebagaimana pertanggungjawaban kaum
Hawariyin kepada Isa bin Maryam –alaihissalam-. Sedangkan aku adalah penanggung
jawab bagi kaumku (yakni kaum Muslimin).
Mereka berkata: kami bersedia.
Setan Menyingkap Perihal Perjanjian
Setelah perjanjian rampung dan para
peserta hampir saja akan berpencar, salah satu setan menyingkapnya. Namun
kerena penyingkapan ini terjadi pada detik-detik terakhir dan berita ini tidak
mungkin disampaikan kepada para pemimpin Quraisy secara rahasia, agar mereka
dapat menyerang orang-orang yang berkumpul di celah itu secara mendadak, maka
setan tersebut berdiri di puncak bukit seraya berteriak dengan suara yang tidak
pernah terdengar sekencang itu: wahai penghuni rumah-rumah! Apakah kalian ingin
mengetahui Muhammad dan para penganut agama baru yang bersamanya? Sungguh
mereka telah berkumpul untuk memerangi kalian.
Lalu Rasulullah –shallallahu 'alaihi
wasallam- bersabda: ini Adzabbul Aqabah (nama setan), demi Allah aku akan
mengonsentrasikan diri untuk menghadapimu wahai musuh Allah!. Kemudian beliau
memerintahkan mereka untuk berpencar dan kembali ke barak masing-masing.
Kesiapan Kaum Anshar untuk
Menggempur Kaum Quraisy
Ketika mendengar suara setan
tersebut, al-Abbas bin Ubadah bin Nadhah berkata: Demi Dzat yang mengutusmu
dengan kebenaran, jika engkau menghendaki maka besok kami akan menggempur
penduduk Mina dengan pedang-pedang kami ini. Lantas Rasulullah –shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: kita belum diperintahkan demikian, akan tetapi kembalilah
kalian ke barak masing-masing. Lantas mereka pun kembali dan tidur hingga pagi
hari.