Selasa, 30 Januari 2024

Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- Menawarkan Islam kepada setiap Kabilah dan Individu

22.12

Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- Menawarkan Islam kepada setiap Kabilah dan Individu

Pada bulan Dzulqa'dah tahun ke 10 kenabian bertepatan dengan akhir bulan Juni atau permulaan bulan Juli tahun 619 M, Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- kembali ke Makkah untuk memulai kembali menawarkan Islam kepada kabilah-kabilah dan individu-individu. Semakin dekat datangnya musim haji maka orang-orang yang datang ke Makkah pun semakin banyak, baik dengan berjalan kaki maupun dengan mengendarai unta dari segala penjuru guna melaksanakan ibadah haji dan menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka serta menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan. Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- menggunakan kesempatan baik ini dengan mendatangi kabilah demi kabilah dan menawarkan Islam kepada mereka serta mengajak mereka untuk memeluknya sebagaimana yang pernah beliau lakukan semenjak tahun ke 4 kenabian. Pada tahun ke 10 ini beliau meminta kepada mereka agar menampung, menolong serta melindunginya sehingga beliau dapat menyampaikan wahyu Allah.

Kabilah-kabilah yang Mendapat Tawaran

Imam az-Zuhri berkata: di antara kabilah-kabilah yang disebutkan kepada kita ada yang pernah Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- kunjungi dan beliau dakwahi serta tawarkan diri beliau kepada mereka adalah Bani Amir bin Sha'sha'ah, Muharib bin Khasfah, Fazarah, Ghassan, Murrah, Hanifah, Sulaim, Abs, Bani Nashr, Bani al-Bakka, Kindah, Kalb, al-Harits bin Ka'ab, Udzrah dan Hadharimah. Namun tidak satu pun dari mereka yang meresponsnya.

Penawaran Islam kepada kabilah-kabilah  tidak dilakukan dalam tahun atau musim yang sama, akan tetapi hal itu terjadi antara tahun ke 4 kenabian hingga akhir musim haji sebelum peristiwa hijrah.

Ibnu Ishaq menyebutkan metode penawaran Islam yang dilakukan Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- kepada kabilah-kabilah tersebut dan tanggapan mereka terhadapnya, dan berikut ini ringkasnnya:

1.Kepada Bani Kalb

Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- datang ke perkampungan salah satu marga mereka bernama Bani Abdullah. Beliau menyeru mereka kepada agama Allah dan menawarkan kepada mereka untuk membela beliau. Beliau bersabda kepada mereka: wahai Bani Abdullah! Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagus nama bapak (nenek moyang) kalian. Namun mereka menolak apa yang beliau tawarkan.

2.Kepada Bani Hanifah

Beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- mendatangi rumah-rumah mereka dan menyeru mereka kepada agama Allah, dan menawarkan mereka untuk membela beliau, namun tak seorang pun dari kalangan bangsa Arab yang penolakannya lebih buruk daripada penolakan mereka.

3.Kepada Bani Amir bin Sha'sha'ah

Beliau mendatangi dan menyeru mereka kepada agama Allah. Beliau juga menawarkan kepada mereka untuk membela beliau. Buhairah bin Firas salah seorang pemuka mereka berkata: demi Allah, andaikan aku dapat mengambil pemuda ini dari tangan orang Quraisy, tentu aku akan berkuasa atas bangsa Arab. Kemudian dia melanjutkan ucapnnya: apa pendapatmu jika kami berbai'at kepadamu untuk mendukung agamamu, kemudian Allah memenangkan dirimu dalam menghadapi orang-orang yang menentangmu, apakah kami mendapatkan kedudukan sepeninggalmu?

Beliau menjawab: kedudukan itu terserah kepada Allah, Dia menempatkannya sesuai kehendakNya.

Buhairah berkata: apakah kami harus menyerahkan batang leher kami kepada orang-orang Arab dalam rangka membelamu? Kemudian setelah Allah memberimu kemenangan, kedudukan itu dinikmati oleh orang lain? Kami tidak membutuhkan urusanmu! Maka mereka pun enggan menerima ajakan beliau.

Tatkala Bani Amir pulang, mereka bercerita kepada seorang sesepuh dari mereka yang tidak dapat berangkat ke Makkah karena usianya sudah lanjut. Mereka memberitahukan kepadanya: ada seorang pemuda Quraisy dari Bani Abdul Muththalib menemui kami dan mengaku sabagai seorang Nabi, dia mengajak kami agar sudi melindunginya, mendukungnya dan membawanya serta ke negeri kita.

Orang tua itu mengangkat kedua tangannya ke atas kepala seraya berkata: wahai Bani Amir, masih mungkinkah hal tersebut diraih? Kesempatan telah lewat dan tak mungkin terkejar. Demi jiwa fulan yang ada di tanganNya, hal itu belum pernah sekali pun diucapkan oleh keturunan Ismail dan sungguh itu adalah kebenaran. ke mana perginya kecerdikan kalian saat itu?