Kisah Sujudnya Kaum Musyrikin
Bersama-sama Kaum Muslimin dan Kembalinya Para Sahabat yang Berhijrah
Pada bulan Ramadhan tahun kelima
kenabian, Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- pergi ke Masjid Haram. Di sana
banyak berkumpul kaum Quraisy, terdiri dari para pemuka dan tokoh-tokoh mereka.
Beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- kemudian berdiri di tengah mereka dan
mendadak membaca surat an-Najm. Orang-orang kafir tersebut sebelumnya tidak
pernah mendengarkan Kalamullah secara langsung. Karena program yang mereka
lancarkan secara kontinyu adalah melakukan apa yang saling mereka nasihatkan
satu sama lain. Sebagaimana firman Allah
–subhanahu wata'ala-:
…janganlah kamu mendengar dengan
sungguh-sungguh akan al-Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya supaya
kamu dapat mengalahkan (mereka). (Fushshilat: 26)
Maka, manakala secara mendadak
beliau membacakan surat tersebut kepada mereka, dan Kalam Ilahi yang demikian
indah menawan mereka dan sempat mengetuk gendang telinga mereka, maka seakan
mereka mengsampingkan apa yang selama ini mereka lakukan dan setiap orang
terkonsentrasi untuk mendengarkannya, sehingga tidak ada yang terlintas di
hatinya selain Kalam Ilahi. Lalu sampailah beliau pada akhir surat ini, berupa
ketukan-ketukan yang membawa hati seakan terbang melayang, beliau membaca
firmanNya:
Maka bersujudlah kepada Allah dan
sembahlah Dia. (an-Najm: 62)
Kemudian beliau –shallallahu 'alaihi
wasallam- pun bersujud. Melihat pemandangan itu, tak seorang pun dari mereka
yang dapat menahan dirinya untuk tidak bersujud, sehingga mereka pun sujud
bersama beliau. Sebenarnya keindahan Kalam Ilahi telah meluluhlantakkan
kekerasan yang meliputi jiwa kaum yang
sombong dan suka mengejek. Mereka semua tak sanggup menahannya bahkan bersimpuh
sujud kepada Allah.
Mereka linglung dan tak tahu harus
berbuat apa manakala keagungan Kalamullah telah memelintir kendali yang selama
ini mereka pegang, sehingga membuat mereka melakukan sesuatu yang selama ini
mereka hindari dengan susah payah. Kejadian tersebut mendapatkan kecaman dari
teman-teman mereka yang tidak sempat hadir ketika itu. Maka, mereka merasa
inilah momen bagi mereka untuk mendustakan Rasulullah –shallallahu 'alaihi
wasallam- dengan membalikkan fakta yang sebenarnya, bahwa yang terjadi adalah
beliau mengungkapkan kata-kata penghormatan terhadap berhala-berhala, yaitu
beliau mengatakan: itulah al-Gharaniq yang mulia yang syafaatnya selalu
diharap-harapkan.
Isu bohong ini mereka
gembor-gemborkan agar dapat menjadi alasan sujud mereka bersama Nabi –shallallahu
'alaihi wasallam- ketika itu. Tentunya hal ini tidak begitu mengherankan, sebab
sumbernya adalah dari orang yang selama ini pekerjaannya suka mengarang-ngarang
dusta serta menghembuskan isu.
Berita tentang sujudnya kaum Quraisy
sampai ke telinga kaum Muslimin yang berhijrah ke Habasyah, akan tetapi versi
beritanya sangat bertentangan dengan realitas yang sebenarnya. Yaitu yang
sampai kepada mereka bahwa kaum Quraisy telah masuk Islam. Oleh karena itu
meraka pun kembali ke Makkah pada bulan Syawwal di tahun yang sama, namun
ketika mereka berada di tempat yang tidak berapa jauh dari Makkah, saat itu
waktu siang, akhirnya mereka mengetahui duduk persoalannya, maka sebagian
mereka ada yang kembali lagi ke Habasyah dan sebagian lain ada yang masuk ke
Makkah secara diam-diam atau berlindung di bawah jaminan salah seorang tokoh
Quraisy.