Minggu, 14 Januari 2024

Kisah Sujudnya Kaum Musyrikin Bersama-sama Kaum Muslimin dan Kembalinya Para Sahabat yang Berhijrah

20.27

 

Kisah Sujudnya Kaum Musyrikin Bersama-sama Kaum Muslimin dan Kembalinya Para Sahabat yang Berhijrah

Pada bulan Ramadhan tahun kelima kenabian, Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- pergi ke Masjid Haram. Di sana banyak berkumpul kaum Quraisy, terdiri dari para pemuka dan tokoh-tokoh mereka. Beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- kemudian berdiri di tengah mereka dan mendadak membaca surat an-Najm. Orang-orang kafir tersebut sebelumnya tidak pernah mendengarkan Kalamullah secara langsung. Karena program yang mereka lancarkan secara kontinyu adalah melakukan apa yang saling mereka nasihatkan satu sama lain. Sebagaimana  firman Allah –subhanahu wata'ala-:

…janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Qur'an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya supaya kamu dapat mengalahkan (mereka). (Fushshilat: 26)

Maka, manakala secara mendadak beliau membacakan surat tersebut kepada mereka, dan Kalam Ilahi yang demikian indah menawan mereka dan sempat mengetuk gendang telinga mereka, maka seakan mereka mengsampingkan apa yang selama ini mereka lakukan dan setiap orang terkonsentrasi untuk mendengarkannya, sehingga tidak ada yang terlintas di hatinya selain Kalam Ilahi. Lalu sampailah beliau pada akhir surat ini, berupa ketukan-ketukan yang membawa hati seakan terbang melayang, beliau membaca firmanNya:

Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah Dia. (an-Najm: 62)

Kemudian beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- pun bersujud. Melihat pemandangan itu, tak seorang pun dari mereka yang dapat menahan dirinya untuk tidak bersujud, sehingga mereka pun sujud bersama beliau. Sebenarnya keindahan Kalam Ilahi telah meluluhlantakkan kekerasan yang meliputi  jiwa kaum yang sombong dan suka mengejek. Mereka semua tak sanggup menahannya bahkan bersimpuh sujud kepada Allah.

Mereka linglung dan tak tahu harus berbuat apa manakala keagungan Kalamullah telah memelintir kendali yang selama ini mereka pegang, sehingga membuat mereka melakukan sesuatu yang selama ini mereka hindari dengan susah payah. Kejadian tersebut mendapatkan kecaman dari teman-teman mereka yang tidak sempat hadir ketika itu. Maka, mereka merasa inilah momen bagi mereka untuk mendustakan Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- dengan membalikkan fakta yang sebenarnya, bahwa yang terjadi adalah beliau mengungkapkan kata-kata penghormatan terhadap berhala-berhala, yaitu beliau mengatakan: itulah al-Gharaniq yang mulia yang syafaatnya selalu diharap-harapkan.

Isu bohong ini mereka gembor-gemborkan agar dapat menjadi alasan sujud mereka bersama Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- ketika itu. Tentunya hal ini tidak begitu mengherankan, sebab sumbernya adalah dari orang yang selama ini pekerjaannya suka mengarang-ngarang dusta serta menghembuskan isu.

Berita tentang sujudnya kaum Quraisy sampai ke telinga kaum Muslimin yang berhijrah ke Habasyah, akan tetapi versi beritanya sangat bertentangan dengan realitas yang sebenarnya. Yaitu yang sampai kepada mereka bahwa kaum Quraisy telah masuk Islam. Oleh karena itu meraka pun kembali ke Makkah pada bulan Syawwal di tahun yang sama, namun ketika mereka berada di tempat yang tidak berapa jauh dari Makkah, saat itu waktu siang, akhirnya mereka mengetahui duduk persoalannya, maka sebagian mereka ada yang kembali lagi ke Habasyah dan sebagian lain ada yang masuk ke Makkah secara diam-diam atau berlindung di bawah jaminan salah seorang tokoh Quraisy.